Sabtu, 05 Juli 2014

Metode Index Card Match Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Halooo...Apa Kabar Pembaca yang Budiman...
Siang Hari Ini Suara Mahasiswa akan membicarakan tentang Keefektifan Metode Index Card Match dalam Pembelajaran Menyusun Paragraf Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan Memperhatikan Penggunaan Ejaan”.

Metode Index Card Match itu sendiri adalah...Metode Index Card Match Menurut Marwan, Bona.2011 adalah Metode pemecahan masalah yang digunakan dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Metode pembelajaran Index Card Match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu indeks yang ada di tangan mereka. Proses pembelajaran ini lebih menarik karena siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.Untuk selanjutnya metode ini akan diimplementasikan dalam pembelajaran bahasa indonesia ...Untuk lebih jelasnya lihat dibawah ini...



Keefektifan Metode Index Card Match dalam Pembelajaran Menyusun Paragraf Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan Memperhatikan Penggunaan Ejaan”
Hilda Ajeng Mayasofa       A510120162
Anik Dhamayanti               A510120175
Dhayinta Yuni H                A510120198
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
e-mail: anikdhamayanti@gmail.com
Abstrak


Keefektifan metode Index Card Match. Karya Tulis. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Karya Tulis ini dilatarbelakangi oleh keterampilan menyusun paragraf pada siswa yang masih rendah atau kurang maksimal masih di bawah rata-rata. Rumusan masalahnya adalah 1) bagaimana penerapan metode Index Card Match dalam materi menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan?, 2) bagaimana pengembangan materi ajar dalam materi menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan?, dan 3) bagaimana variasi penilaian pada metode Index Card Match dalam dalam materi menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan?. Adapun tujuan dari karya tulis ini adalah 1) mengidentifikasi penerapan metode Index Card Match dalam materi menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan, 2) mengkaji pengembangan materi ajar dalam materi menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan,  dan 3) memaparkan variasi penilaian pada metode Index Card Match dalam  materi menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan. Dalam karya tulis ini penulis menggunakan metode Index Card Match dan media PASUGRAF (Papan Susun Paragraf) untuk pengembangan materi menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan.

Kata Kunci:    Metode Index Card Match, Menyusun Paragraf Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan Memperhatikan Penggunaan Ejaan, Media PASUGRAF (Papan Susun Paragraf).


I.     PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran adalah kegiatan yang bernilai edukatif, nilai edukatif tersebut mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan sumber balajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar mengandung komponen. Komponen yang saling tergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan . Suatu sIstem belajar mengajar memuat berbagai komponen, antara lain tujuan, bahan-bahan, siswa, guru, metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai semua komponen yang harus di organisasikan sehingga antar sesama komponen terjadi kerjasama.
Harapan pada setiap guru adalah bagaimana materi pelajaran yang disampaikan kepada anak didiknya dapat diterima dan dipahami secara tuntas. Untuk memenuhi harapan tersebut bukanlah sesuatu yang mudah, karena kita sadar bahwa setiap siswa memiliki karakteristik yang tidak sama baik dari segi minat, potensi, kecerdasan dan usaha siswa itu sendiri. Dalam proses belajar mengajar kemampuan berfikir siswa berbeda-beda ada yang lambat dan ada yang cepat sehingga dalam proses pembelajaran masih dominan siswa yang pintar. Untuk mencapai harapan dan memecahkan persoalan tersebut, guru dapat mengembangkan teknik pembelajaran dengan metode Index Card Match (pencocokan kartu indeks). Sehingga pembelajaran ini dapat membuat siswa menjadi aktif dan menyenangkan serta memberikan semangat dalam berfikir dan belajar. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang bisa membawa rasa senang kepada siswa sehingga membuat mereka asyik belajar dengan harapan siswa mampu meningkatkan hasil belajar atau prestasi siswa.
Dalam proses belajar mengajar kemampuan belajar dan berfikir siswa berbeda-beda ada yang lambat dan ada yang cepat sehingga dalam proses pembelajaran masih didominan oleh siswa yang pintar. Apalagi dalam pembelajaran Bahasa indonesia, tidak semua siswa lancar membaca dan menulis. Karena pokok materi dan target utama selain pengolahan materi untuk siswa kelas I adalah bagaimana anak didik bisa lancar membaca dan menyusun paragraf dengan benar. Untuk mencapai harapan dan memecahkan persoalan tersebut, guru dapat mengembangkan teknik pembelajaran dengan menggunakan metode Index Card Match (Pencocokan Kartu Indeks). Model Index Card Match merupakan model yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Dengan demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan model ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan. Model Index Card Match tidak hanya digunakan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia saja, tetapi dapat digunakan dalam mata pelajaran yang lainnya. Dengan model ini siswa akan lebih aktif dan semua siswa ikut terlibat dalam pembelajaran.
Sehingga pembelajaran ini dapat membuat siswa aktif bukan saja aktif secara fisik tetapi juga aktif psikisnya dan saling berinteraksi antar siswa dengan siswa lainnya, siswa dengan guru dan sumber belajar sehingga siswa lebih percaya diri. Metode pembelajaran ini penulis rancang dengan memberikan kartu index pada siswa untuk mencari, menemukan, memutuskan, dan menyusun paragraf  jawaban secara individual kemudian didiskusikan bersama dengan teman lainnya dalam kelas. Guru sebagai fasilitator yang bertugas membimbing dan mengarahkan siwa dalam proses belajar mengajar. Metode pembelajaran ini juga memberikan kebebasan dalam menggunakan gagasan, jawaban yang tepat. Metode ini juga berfungsi mengubah pola pembelajaran konvensional yang seluruh rangkaian belajar mengajar berpusat pada guru tanpa memberikan kesempatan pada siswa sehingga kadang- kadang siswa terbelenggu oleh aturan dan penggunaan strategi yang monoton dan membosankan sehingga anak didik menjadi anak yang penakut.
Metode pembelajaran Indeks Card Match ini dimungkinkan mampu membuat peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kompetensi. Pembelajaran Bahasa Indonesia secara umum diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Selain itu, melalui pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan mampu menumbuhkan sikap siswa untuk menghargai dan membanggakan, serta mencintai Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara. (Andika dkk, fokus bhs indonesia 2010, 15)
Dari uraian diatas mendorong penulis untuk melakuakan penelitian tentang adakah dorongan orang tua dengan pendidikan anak yang diterima dari orang-orang sekitar, sehingga anak termotivasi untuk belajar lebih rajin dan percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki dirinya sehingga hasil belajarnya meningkat dengan judul “ Keefektifan Metode Index Card Match dalam Pembelajaran Menyusun Paragraf Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan Memperhatikan Penggunaan Ejaan”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang dapat diajukan adalah
1.    Bagaimana penerapan metode Index Card Match dalam materi menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan?
2.    Bagaimana pengembangan materi ajar dalam materi menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan?
3.    Bagaimana variasi penilaian pada metode Index Card Match dalam dalam materi menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan?

C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada dasarnya merupakan rumusan yang akan dicapai dari penelitian tersebut. Dalam hal ini peneliti ingin  menggali secara luas tentang sebab-sebab atau hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran.
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :
1.    Mengidentifikasi penerapan metode Index Card Match dalam materi menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan.
2.    Mengkaji pengembangan materi ajar dalam materi menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan.
3.    Memaparkan variasi penilaian pada metode Index Card Match dalam  materi menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan.


D.  Manfaat Penelitian
1.    Dengan mengidentifikasi penerapan metode Index Card Match diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan.
2.    Dengan mengkaji  pengembangan materi ajar diharapkan peserta didik dapat menyusun paragraf  dengan baik dan benar.
3.    Dengan memaparkan variasi penilaian dalam materi menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan diharapkan dapat menginspirasi guru dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan.

II.  KAJIAN PUSTAKA
A.      Landasan Teori
1.    Pengertian Membaca
Pada hakikatnya, aktivitas membaca terdiri dari dua bagian yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik dan mental. Sedangkan membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca (Santosa,  2010:6.3 ).
Proses membaca sangat kompleks dan rumit karena melibatkan beberapa aktivitas, baik berupa kegiatan fisik maupun kegiatan mental. Proses membaca terdiri dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah (a) aspek sensori, yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis, (b) aspek perseptual, yaitu kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang dilihat sebagai simbol, (c) aspek skemata, yaitu kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan struktur pengetahuan yang telah ada, (d) aspek berfikir, yaitu kemampuan dan evaluasi dari materi yang dipelajari, dan (e) aspek afektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh terhadap kegiatan membaca.
Meskipun membaca merupakan suatu kemampuan yang sangat dibutuhkan, tetapi ternyata tidak mudah untuk menjelaskan hakikat membaca A.S. Broto (dalam Abdurrahman, 2003:200) mengemukakan bahwa membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan. Dengan demikian, membaca pada hakikatnya merupakan suatu bentuk komunikasi tulis.
Bond dan Soedarso  (dalam Abdurrahman. 2003:200) mengemukakan bahwa membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan  terpisah-pisah, mencakup pengguaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan melalui pengenalan symbol-simbol bahasa tulis yang merupakan  stimulus untuk membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, guna membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki. Manusia tidak mungkin membaca tanpa menggerakkan mata dan menggunakan pikiran.
Smith dan Anderson (dalam Santosa, 2010:6.5-6.6) mengemukakan bahwa dalam kegiatan membaca terjadi proses pengolahan informasi yang terdiri atas informasi visual dan  informasi nonvisual. Informasi visual, merupakan informasi yang dapat diperoleh melalui indera penglihatan, sedangkan informasi nonvisual merupakan informasi yang sudah ada dalam benak pembaca. Karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda dan dia menggunakan pengalaman itu untuk menafsirkan informasi visual dalam bacaan, maka isi bacaan itu akan berubah-ubah sesuai dengan pengalaman penafsirannya.
Membaca menurut Martutik (dalam Afdila, 2012:7) merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif-tulis. Reseptif artinya bahwa dalam keterampilan  membaca, siswa dituntut untuk memahami atau menangkap isi suatu teks. Sedangkan bersifat tulis artinya tuturan yang ditangkap atau ditangkap isinya dalam kegiatan membaca adalah teks tulis.
Bertolak dari berbagai definisi membaca yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa, membaca adalah merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Aktivitas mental adalah mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan  jelas, mampu  menggerakkan mata secara lincah, mengingat simbol-simbol bahasa dengan tepat dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan.
Selain itu juga dapat diartikan membaca adalah  proses interaksi antara pembaca dengan teks bacaan. Pembaca berusaha memahami isi bacaan berdasarkan  latar belakang pengetahuan dan kompetensi kebahasaannya. Dalam proses pemahaman bacaan tersebut,  pembaca pada umumnya membuat ramalan-ramalan berdasarkan sistem semantik, sintaksis, grafologis, dan konteks situasi yang kemudian diperkuat atau ditolak sesuai dengan isi bacaan yang diperoleh.
Tujuan setiap pembaca adalah memahami bacaan yang dibacanya. Dengan demikian, pemahaman merupakan faktor yang amat penting dalam membaca. Pemahaman terhadap bacaan dapat dipandang sebagai suatu proses yang bergulir, terus menerus dan berkelanjutan. Membaca pemahaman sebagai proses mempercayai bahwa upaya memahami bacaan sudah terjadi ketika kita belum membaca buku apapun. Kemudian, pemahaman itu menapaki tahapan yang berbeda dan terus berubah saat baris demi baris, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf dari bacaan yang mulai kita baca (Santosa, 2010:64).
Meskipun tujuan akhir membaca adalah  untuk memahami isi bacaan, tujuan  semacam itu ternyata belum dapat sepenuhnya dicapai oleh anak-anak, terutama pada saat awal belajar membaca. Banyak anak yang dapat membaca lancar suatu bacaan tetapi tidak memahami isi bahan bacaan tersebut. Ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca bukan hanya terkait dalam gerak motorik mata tetapi juga tahap perkembangan kognitif.
Tahap perkembangan kesiapan membaca mencakup rentang waktu dari sejak dilahirkan hingga pelajaran membaca diberikan, umumnya pada saat masuk kelas satu SD. Kesiapan menunjuk pada taraf perkembangan yang diperlukan untuk belajar secara efisien. Tahap permulaan umumnya dimulai sejak anak mulai masuk kelas satu SD, yaitu pada saat berusia sekitar enam tahun. Pada tahap keterampilan membaca cepat atau membaca lancar umumnya terjadi pada saat anak duduk di kelas dua atau kelas tiga.  Tahap membaca luas umumnya terjadi pada anak-anak telah duduk di kelas empat atau lima SD. Pada tahap ini anak-anak gemar dan menikmati sekali membaca, mereka membaca dengan penuh minat sehingga pelajaran membaca dirasakan mudah. Tahap yang terakhir yaitu tahap membaca sesungguhnya umumnya terjadi ketika anak-anak duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan berlanjut hingga dewasa. Pada tahap ini anak-anak tidak lagi belajar membaca tetapi membaca untuk belajar.
Dari uraian diatas yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa membaca adalah memahami isi bacaan. Meskipun demikian, untuk sampai pada kemampuan memahami isi bacaan, ada tahapan-tahapan kemampuan membaca yang perlu dilalui. Dengan memahami adanya tahapan-tahapan kemampuan membaca tersebut maka guru diharapkan dapat menyesuaikan tujuan-tujuan pembelajaran dengan tahapan kemampuan belajar membaca tersebut, khususnya pada murid kelas IV dalam menemukan kalimat utama pada setiap paragraf.


2.    Pengertian Keterampilan Berbahasa
Dalam berkomunikasi atau berbicara diperlukan sebuah alat yang disebut bahasa. Hornby (1974) mendefinisikan bahasa itu sendiri sebagai berikut “ language is a human and non instinctive method of communicating ideas, feeling, and desires by means of a system of sound and sound symbols”. Dari definisi di atas dapat dikatakan bahwa bahasa memiliki fungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan ide, perasaan, dan keinginan dalam bentuk bunyi dan simbol bunyi. Dalam penelitian ini bahasa Inggris menjadi bahasa yang diteliti karena bahasa Inggris merupakan bahasa internasional dan menjadi bahasa asing yang sering digunakan di Indonesia. Dalam pemerolehan bahasa kedua atau asing dapat dibagi menjadi dua proses pemerolehan seperti yang diutarakan oleh Klein (1986:15).
“A second language can be acquired in a variety of ways, at any age, for different purposes, and to varying degrees. Accordingly, we may distinguish different types of second language learning. Traditionally, a fundamental distinction has been made between tutored (guided) and untutored (spontaneous) language learning.”

Dari kutipan di atas Klein berpendapat bahwa dalam proses pemerolehan bahasa kedua dapat terjadi dalam berbagai cara, usia, dan tujuan apa pun. Secara tradisional proses pemerolehan bahasa dapat muncul karena dua jenis pembelajaran, baik diajarkan secara langsung, yaitu adanya keterlibatan pendidik maupun secara alami atau spontan karena faktor lingkungan.

3.    Pengertian Paragraf
Paragraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan barisbaru. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser  ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi.
Paragraf merupakan satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat kalimat utama yang digunakan oleh pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada pembaca (Tarigan, 2008:7). Dalam setiap paragraf yang baik terdapat satu kalimat utama yang berisi ide pokok dan sejumlah kalimat penjelas yang berisi penjelas atau pikiran penjelas yang merupakan penjabaran dari ide pokok (Chaer, 2011:70).
Menurut Arifin dan S. Amran Tasai (2006:125) “Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik”. Kalimat dalam paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. Menurut Akhaidah dan kawan-kawan (1999:144) paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau kalimat topik, kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk suatu gagasan.
Berdasarkan letak kalimat utama paragraf terdiri dari 3 bagian (Hartono, 2008:23) yaitu sebagai berikut :
a)      Paragraf deduktif adalah paragraf yang pada awal paragraf terdapat kalimat utama atau umum dan di akhir paragraf terdapat kalimat-kalimat penjelas atau khusus. Dengan kata lain kalimat utama terletak pada awal paragraf.
b)      Paragraf induktif adalah  paragraf yang pada awal paragraf terdapat kalimat-kalimat penjelas atau khusus dan di akhir paragraf terdapat kalimat utama. Dengan kata lain kalimat utama terletak pada akhir paragraf.
c)      Paragraf  campuran (deduktif-induktif) adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal paragraf dan ditegaskan kembali di akhir paragraf.

             
4.      Pengertian Ejaan
Menurut Chaer (2006:36) ejaan adalah konvensi grafts, perjanjian di antara anggota masyarakat pemakai suatu bahasa untuk menuliskan bahasanya, yang berupa pelambangar fonem dengan huruf, mengatur cara penulisan kata dan penulisan kalimat, beserta dengan tanda-tanda bacanya. Wirjosoedarmo (1984:61) berpendapat bahwa ejaan adalah aturan menuliskan bunyi ucapan dalam bahasa dengan tanda-tanda atau lambang-lambang. Menurut Arifin (2004:170) ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Selanjutnya secara teknis, ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.
Keraf (1984:47) berpendapat bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-larnbang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa. Kridalaksana (2008:54) mengemukakan bahwa ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis menulis yang distandarisasikan. yang lazirn mempunyai 3 aspek, yakni aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad, aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfcmis, dan aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.

5.      Metode Index Card Match (Mencari Pasangan Kartu)
3.1  Pengertian index card match (Mencari Pasangan Kartu)
Menurut Suprijono (2011:120-121) model mencari pasangan kartu menyenangkan digunakan untuk mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan model ini. Index Card Match merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan kartu, dimana kartu tersebut berisi soal dan sekaligus jawabannya. Untuk penggunaannya, kartu tersebut dibagikan kepada seluruh siswa dan siswa berfikir sejenak apa yang cocok untuk jawaban pertanyaan yang ada di kartu tersebut dan mencari jawabannya di kartu yang lainnya.
Metode Index Card Match Menurut Marwan (2011:15) adalah Metode pemecahan masalah yang digunakan dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Metode pembelajaran Index Card Match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu indeks yang ada di tangan mereka. Proses pembelajaran ini lebih menarik karena siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Dalam metode ini siswa harus mengerjakan banyak tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar juga harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras.
Index card match adalah cara menyenangkan lagi aktif untuk meninjau ulang materi pembelajaran atau materi baru, ia membeolehkan peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan sekelas (Silberman, 2007:240). Keadaan ini menggambarkan bahwa kegiatan proses belajar mengajar di kelas tidak hanya berupa penyajian informasi saja, siswa datang duduk dan mendengarkan, tetapi siswa juga ikut berperan aktif dalam berlangsungnya proses belajar mengajar. Proses pembelajaran semacam ini tidak harus di dalam kelas, bisa juga di luar kelas agar peserta didik tidak merasa bosan, sebab penyakit yang banyak diderita peserta didik selama mengikuti pelajaran adalah kejenuhan.

3.2  Langkah-langkah Index Card Match
Dalam Suprijono (2011:120-121) langkah-langkah pembelajaran index card match sebagai berikut:
a.    Buatlah potongan-potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam kelas.
b.    Bagilah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
c.    Pada separuh bagian, tulis pertanyaan tentang materi yang akan dibelajarkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan.
d.   Pada separuh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat.
e.    Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban.
f.     Setiap siswa diberi satu kertas. Jelaskan bahwa itu adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separuh siswa akan mendapatkan soal dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban.
g.    Mintalah kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, mintalah kepada mereka untuk duduk berdekatan, jelaskan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada orang lain.
h.    Setelah semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, mintalah kepada setiap pasangan secara bergantian untuk   membacakan soal yang diperoleh dengan keras kepada teman-temannya yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh pasangannya.
i.      Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.

Sedangkan menurut Silberman (2007:240-241) langkah-langkah pembelajaran index card match adalah sebagai berikut:
a.    Pada kartu index yang terpisah, tulislah pertanyaan tentang apapun yang diajarkan di kelas. Buatlah kartu pertanyaan dengan jumlah yang sama dengan setengah jumlah siswa.
b.    Pada kartu yang terpisah, tulislah jawaban atas masing-masing pertanyaan itu.
c.    Campurlah dua kumpulan kartu itu dan kocoklah beberapa kali agar benar-benar tercampur.
d.   Berikan satu kartu untuk satu siswa. Jelaskan bahwa ini merupakan latihan pencocokan. Sebagian siswa mendapatkan pertanyaan tinjauan dari sebagian siswa mendapatkan pertanyaan tinjauan dan sebagian lain mendapatkan kartu jawabannya.
e.    Perintahkan siswa untuk mencari kartu pasangan mereka. Bila sudah terbentuk pasangan, perintahkan siswa yang berpasangan itu untuk mencari tempat duduk bersama (katakan pada mereka untuk tidak mengungkapkan kepada pasangan lain apa yang ada di kartu mereka).
f.     Ketika semua pasangan permainan telah menempati tempatnya, perintahkan tiap pasangan untuk memberikan kuis pada siswa lain dengan membacakan kertas, kertas pertanyaan mereka dan menantang siswa lain untuk memberikan jawabannya.
Tujuan penerapan index card match ini, untuk melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok. Dengan index card match ini siswa akan lebih semangat dan antusias dalam belajarnya dan lebih cermat dan mudah untuk memahami dan mengingat suatu materi pelajaran. Dalam Index Card Match, pengajar juga sangat senang bila peserta didik berani mengungkapkan gagasan dan pandangan mereka, berani mendebat apa yang dijelaskan pengajar karena mereka melihat dari segi yang lain. Untuk itu, pengajar selalu memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengungkapkan gagasan-gagasan alternatif mereka, pengajar akan sangat senang dan menghargai peserta didik yang dapat mengerjakan suatu persoalan dengan cara-cara yang berbeda dengan cara yang baru saja dijelaskan pengajar.

3.3  Kelebihan dan Kekurangan Index Card Match
Menurut Sari (2012:17) kelebihan dari Index Card Match yaitu:
a.       Menumbuhkan kegembiraan dalam kegiatan belajar mengajar.
b.      Materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa.
c.       Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.
d.      Mampu meningkatkan prestasi belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar.
e.       Penilaian dilakukan bersama pengamat dan pemain.

Menurut Sari (2012:17) kekurangan dari Index Card Match yaitu:
a.       Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa untuk menyelesaikan tugas dan prestasi.
b.      Guru harus meluangkan waktu yang lebih lama untuk membuat persiapan.
c.       Guru harus memiliki jiwa demokratis dan ketrampilan yang memadai dalam hal pengelolaan kelas.
d.      Menuntut sifat tertentu dari siswa atau kecenderungan untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.
e.    Suasana kelas menjadi gaduh sehingga dapat mengganggu kelas lain.

3.4  Variasi Index Card Match
Dalam pembelajaran Index Card Match ada beberapa variasi yang bisa digunakan yaitu; (1) Kembangkan kartu yang memuat kalimat-kalimat dengan kata yang hilang yang harus dijodohkan dengan kartu yang memuat kata yang hilang. Misalnya, presiden adalah…angkatan perang (kepada komandan), dan (2) Kembangkan kartu yang memuat pertanyaan dengan beberapa kemungkinan jawaban, misalnya “cara apa untuk mengatasi konflik?” jawaban yang sesuai. Ketika setiap pasangan menyampaikan kuis kelompok, mintalah mereka mendapatkan beberapa jawaban dari peserta didik lain (Silberman, 2007:241).
Dengan demikian metode ini membuat siswa terbiasa aktif mengikuti pembelajaran sehingga aktivitas siswa meningkat. Metode pembelajaran Index Card Match dapat melatih pola pikir siswa karena dengan metode ini siswa dilatih kecepatan berpikirnya dalam mempelajari suatu konsep atau topik melalui pencarian kartu jawaban atau kartu soal, setiap siswa pasti mendapat pasangan kartu yang cocok lalu mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh siswa bersama pasangannya dan siswa lainnya. Dengan mendiskusikan bersama pasangannya maka siswa akan lebih mengerti dengan konsep materi yang sedang dipelajari. Karena pembelajaran ini dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, maka diharapkan dapat meningkatkan semangat dan aktivitas siswa dalam belajar siswa dalam kegiatan belajar.
Berdasarkan pendapat di atas, metode pembelajaran Index Card Match merupakan metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerja sama dan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa atas apa yang dipelajari dengan cara yang menyenangkan. Siswa saling bekerja sama dan saling membantu untuk menyelesaikan pertanyaan dan melemparkan pertanyaan kepada pasangan lain. Kegiatan belajar bersama ini dapat membantu memacu belajar aktif dan kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil yang memungkinkan untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi.




B.     PENELITIAN YANG RELEVAN
Ari Fajarwati  (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Peningkatan Keaktifan dan Minat Siswa dalam Pembelajaran Matematika  melalui model Index Card Match (Mencari Pasangan). Membuktikan pembelajaran matematika  pada pokok bahasan keliling dan luas bangun segi empat menggunakan strategi Index Card Match yang membuktikan tingkat keaktifan dan minat siswa dalam proses pembelajaran dan bertanya kepada guru dan kepada temannya, peningkatan dari 1 siswa (2,63%) menjadi 27siswa (71,05%). Berdasarkan hasil penelitian tindakan di atas dapat disimpulkan bahwa Index Card Match yang termasuk metode pembelajaran active learning merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam meningkatkan keaktifan belajar pada siswa. Oleh karena itu, sangat beralasan diadakan penelitian tindakan mengenai penerapan strategi pembelajaran Index Card Match  dalam meningkatkan keaktifan siswa.
Parjiati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Pendekatan Terpadu dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis membahas tentang pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan terpadu. Pendekatan ini memadukan empat keterampilan berbahasa meliputi menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan. Namun bila dicermati, penelitian ini mengkaji keterampilan menulis lanjutan pada siswa kelas IV Sekolah Dasar yang disatukan dengan keterampilan membaca, yaitu tentang meringkas cerita.
Sri Lestari (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa Dengan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 4 Gunungan Kabupaten Wonogiri. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan keterampilan menulis siswa dengan pendekatan kontekstual. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang mengambil lokasi dikelas IV SDN 04 Gunungan, Manyaran, Wonogiri. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Rencana Pembelajaran setiap siklus disusun oleh guru dan peneliti. Setiap tindakan terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil refleksi dijadikan dasar untuk menyusun rencana tindakan.
Penelitian melakukan bimbingan intensif kepada guru kelas IV tentang penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa kelas IV yang masih rendah. Penelitian ini dapat dikatakan penelitian tindakan kelas secara kolaboratif. Yang menjadi subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDN 04 Gunungan dan guru kelas IV. Data yang dikumpulkan berupa minat dan keterampilan menulis siswa kelas IV. Teknik pengumpulan data yangdigunakan adalah angket, pengamatan, wawancara atau diskusi, kajian dokumen, dan tes. Uji validitas data dalam penelitian ini dengan triangulasi dan review informan kunci. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan tehnik analisis kritis dan analisis komparatif. Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan minat menulis siswa, hal itu terlihat bahwa setelah dilakukan tindakan siswa membuat perencanaan sebelum menulis, merevisi setelah menyeleksi tulisan, menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan dan lebih senang berlatih menulis meskipun tidak diperintah guru. Kedua, penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa dari 64 menjadi 75,41.
Sunyata (2010) dalam penelitiannya yang berjudul  Peningkatan Keterampilan dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia  Menulis Paragraf Melalui Permainan Kartu pada Siswa Kelas III SD Negeri Cemani menyimpulkan bahwa melalui permainan kartu dapat meningkatkan keterampilan dan hasil belajar siswa dalam menulis dan menyusun paragraf, hasil siklus I dan II mengalami peningkatan. Pada siklus I, aspek pemahaman siswa naik 17%, aspek pengurutan naik 15%, aspek penyusunan naik 16%, dan aspek memperhatikan naik 21%. Pada siklus II terjadi peningkatan sebanyak 17 siswa (85%) dan nilai rata-rata kelas dari 58,5 menjadi 87,8, meningkat sebesar 29,3.
Uswatun Khasanah (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh  Pembelajaran Make A-Match dan Index Card Match terhadap Pemahaman Siswa Kelas X SMA Institut Indonesia Semarang. Berdasarkan hasil penelitian data dari tes pemahaman konsep dapat diambil kesimpulan Rata-rata nilai hasil tes pemahaman konsep pada kelas eksperimen lebih tinggi yaitu 80,15 dibandingkan pada kelas kontrol rata-rata sebesar 45,88. Dari hasil tersebut maka, pembelajaran aktif menggunakan metode Make A-Match lebih efektif dibanding dengan pembelajaran aktif menggunakan meode Index Card Match. Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan analisis varian 1 jalur didapat nilai Fhitung = 7,18 sedangnkan dengan menggunakan taraf signifikan 5% didapat nilai Ftabel = 7,11. Maka Fhitung > Ftabel,, berarti Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada perbedaan pengaruh model pembelajaran aktif menggunakan metode Make A-Match terhadap pemahaman siswa dibandingkan dengan metode Index Card Match.
Erma Widya Gustina (2010) dalam penelitiannya yang Berjudul Peningkatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Ekonomi Melalui Strategi Pembelajaran Index Card Match  (Mencari Pasangan) pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun 2010/2011. Dengan observasi peneliti dapat mengetahui kegiatan peserta didik dalam mempersiapkan, memperhatikan, presentasi dan keaktifan dalam bertanya serta berpendapat selama proses pembelajaran berkaitan dengan penggunaan strategi Index Card Match sebagai upaya peningkatan keaktifan siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. Peneiti menggunakan catatan observasi yang berupa cek list,dimana kisi-kisi tindakan untuk masing masing catatan.
Noveria Anggraeni Fiajim (2011) dalam penelitiannya mengenai Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Argumentasi dengan Menggunakan Strategi Brainstorming menyimpulkan bahwa pada siklus I keseluruhan aspek isi karangan siswa mencapai 20% tentu saja hasil kemampuan ini masih jauh dari standar keberhasilan menulis paragraf argumentasi sesuai dengan patokan nilai yang telah ditentukan, akhirnya diadakan siklus II guna meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis paragraf argumentasi tentunya dengan melakukan perbaikan-perbaikan, dan ternyata pada siklus II ini kemampuan siswa dalam menulis paragraf argumentasi dilihat dari aspek isi meningkat menjadi 80%.
Fa’ik Dwi Wahyukensri (2012) dalam penelitiannya yang berjudul  Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Index Card Match dalam Peningkatan Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SD. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dengan tiga siklus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2012 sampai dengan bulan Mei 2012. Kegiatan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai acuan bagi siswa. Pada kegiatan inti, guru menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Index Card Match untuk  membahas materi yang dipelajari. Kegiatan selanjutnya adalah guru  membagi siswa dalam beberapa kelompok yang disesuaikan dengan jumlah topik yang akan dibahas. Kemudian siswa berdiskusi untuk membahas topik dengan bantuan LKS dan beberapa media pembelajaran yang relevan. Hasil diskusi kemudian dipresentasikan di depan kelas oleh perwakilan kelompok dan ditanggapi oleh kelompok lain yang dilanjutkan dengan penyusunan laporan akhir yang dikumpulkan. Selama proses pembelajaran guru memberikan penilaian kepada siswa, baik dalam penguasaan materi, keaktifan menjawab pertanyaan guru atau saat presentasi. Pada kegiatan akhir, guru mengadakan evaluasi tentang materi yang telah dipelajari. Penilaian proses oleh guru dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan prosentase ketuntasan hasil belajar pada Tabel 2. Semakin baiknya langkah pembelajaran yang digunakan, maka semakin siswa bersemangat belajar sehingga hasil belajar menjadi meningkat. Pada siklus I masih kurang baik, terbukti dengan masih rendahnya prosentase ketuntasan pada penilaian hasil yang dicapai siswa, sehingga masih perlu diperbaiki pada siklus II. Hasil pelaksanaan pada siklus II terjadi peningkatan cukup baik. Akan tetapi, peneliti merasa belum puas kemudian melanjutkan penelitian siklus III. Hasil siklus III sangat memuaskan sehingga peneliti mengakhiri penelitian tindakan kelas ini.
Ahmad (2012) dalam penelitiannya mengenai Peningkatan Keterampilan dan Hasil Belajar Menyusun Paragraf Melalui Kartu Kalimat pada Siswa kelas III Semester I SD Negeri Tawang 02 Tahun Pelajaran 2012/2013 menyimpulkan bahwa keterampilan belajar siswa dari siklus I ke siklus II terdapat peningkatan: keterampilan menyusun paragraf naik 20%, keterampilan menjawab pertanyaan naik 20%, keterampilan mencari kata naik 26,7%, keterampilan menulis paragraf naik 17,8%, dan keterampilan memahami huruf kapital naik 15,6%. Hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 2 siswa (22%) yang mendapat nilai tuntas menjadi 7 siswa (67%). Terjadi peningkatan sebanyak 5 siswa (45%) dan nilai rata-rata kelas dari 68,1 menjadi 70,0 meningkat sebesar 8,2.
Khaerunnasekha (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Keefektifan Model Index Card Match Dalam Pembelajaran Menulis Teks Berita Pada Siswa Kelas VIII SMP N 3 Subah Kabupaten Batang menyimpulkan bahwa bahwa menulis teks berita menggunakan model Index Card Match sangat efektif diterapkan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Subah Kabupaten Batang. Kenyataan tersebut sangat beralasan karena menulis teks berita dengan model Index Card Match telah memberikan hasil yang lebih tinggi daripada pengajaran secara konvensional atau ceramah. Nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 64,8dan hasil rata-rata kelas eksperimen 79,1 berdasarkan hasil pegujian hipotesis dapat diketahui bahwa hasil penghitungan diperoleh harga sebesar 5,2287 ternyata lebih besar dari taraf signifikan pada 5% sebesar 1,71 sehingga hipotesis diterima.
Persamaan salah satu penelitian di atas dengan penelitian ini adalah terdapat pada aspek meningkatkan keterampilan siswa dalam pembelajaran dan metode yang digunakan. Perbedaannya terdapat pada subjek penelitian, model pembelajaran yang dilakukan pada siswa SD, SMP, dan SMA serta materi yang di ajarkan pada siswa.

III.    HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Penerapan Metode Index Card Match dalam Materi Menyusun Paragraf Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan Memperhatikan Penggunaan Ejaan
Penerapan metode Index Card Match dilakukan dengan cara membuat beberapa potongan paragraf. Tiap paragraf berisi beberapa jenis paragraf. Metode mengacu pada pengertian tahap-tahap secara prosedural dalam mengolah kegiatan belajar mengajar bahasa yang dimulai dari merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi. Penerapan metode harus sesuai dengan pendekatan yang dipilih karena metode merupakan penerapan dari pendekatan. Dengan menggunakan metode Index Card Match dapat mempermudah siswa dalam menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan ejaan yang benar.

Tabel 3.1
Langkah-langkah Metode Index Card Match
Langkah
Aktivitas Guru
Aktivitas Siswa
Langkah 1
a.    Membagikan kartu berwarna yang berisi potongan paragraf kepada siswa untuk dibaca.
b.    Menginformasikan kepada siswa untuk membentuk kelompok sesuai warna kartu.
Membaca kartu yang berisi potongan paragraf.


Membentuk kelompok sesuai warna kartu.
Langkah 2  
a.    Menginformasikan kepada siswa untuk membaca kembali potongan paragraf yang mereka bawa.
b.    Memberikan tugas kepada siswa untuk menyusun atau mengurutkan paragraf ke dalam PASUGRAF (Papan Susun Paragraf)
a.    Membaca ulang potongan paragraf yang ada.


b.    Menyusun atau mengurutkan paragraf ke dalam PASUGRAF (Papan Susun Paragraf)
Langkah 3

a.    Memberikan tugas kepada siswa untuk menulis paragraf yang sudah menjadi kesatuan yang utuh dalam lembar yang telah disediakan.
a.    Menulis paragraf yang sudah menjadi kesatuan yang utuh dalam lembar yang telah disediakan.
Langkah 4  
a.    Meminta siswa membaca kembali paragraf yang sudah ditulis dengan rapi.
b.    Meminta siswa  menggolongkan paragraf yang telah disusun ke dalam beberapa jenis paragraf (Deskriptif, Deduktif, dan Induktif).
a.    Membaca kembali paragraf yang sudah ditulis dengan rapi.
b.    Menggolongkan paragraf yang telah disusun ke dalam beberapa jenis paragraf (Deskriptif, Deduktif, dan Induktif).

Dari tabel di atas diperoleh skenario pembelajaran sebagai berikut:
Pada langkah ke 1 guru membagikan kartu berwarna yang berisi potongan paragraf kepada siswa untuk dibaca dan menginformasikan kepada siswa untuk membentuk kelompok sesuai warna kartu. Kemudian siswa membaca potongan paragraf yang telah diberikan guru dan membentuk kelompok sesuai warna kartu.
Pada langkah ke 2 guru menginformasikan kepada siswa untuk membaca kembali potongan paragraf yang mereka bawa dan memberikan tugas kepada siswa untuk menyusun atau mengurutkan paragraf ke dalam PASUGRAF (Papan Susun Paragraf). Kemudian siswa membaca kembali potongan paragraf yang mereka bawa dan menyusun atau mengurutkan paragraf tersebut ke dalam PASUGRAF (Papan Susun Paragraf).
Pada langkah ke 3 guru memberikan tugas kepada siswa untuk menulis paragraf yang sudah menjadi kesatuan yang utuh dalam lembar yang telah disediakan. Kemudian siswa menulis paragraf yang sudah menjadi kesatuan yang utuh dalam lembar yang telah disediakan.
Pada langkah ke 4 guru meminta siswa membaca kembali paragraf yang sudah ditulis dengan rapi dan meminta siswa  menggolongkan paragraf yang telah disusun ke dalam beberapa jenis paragraf (Deskriptif, Dedukti, dan Induktif). Kemudian siswa membaca kembali paragraf yang sudah ditulis dengan rapi dan menggolongkan paragraf yang telah disusun ke dalam beberapa jenis paragraf (Deskriptif , Deduktif dan Induktif)

B.    Pengembangan Materi Ajar dalam Menyusun Paragraf Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan Memperhatikan Penggunaan Ejaan.
       Dalam mengembangkan materi ajar, kami menggunakan bantuan media PASUGRAF (Papan Susun Paragraf). Penggunaan media PASUGRAF (Papan Susun Paragraf) dilakukan menggunakan kartu berwarna yang berisi potongan paragraph. Kartu tersebut akan disusun siswa menjadi sebuah paragraf yang utuh dan runtut sesuai dengan isi teks ceritanya dan bahan cerita yang akan disusun siswa menjadi paragraf diambil cerita yang sudah familiar di telinga peserta didik,sehingga akan lebih mudah dipahami dan dimengerti peserta didik. Media yang kami gunakan disesuikan untuk siswa SD yang umumnya masih menggunakan cerita ataupun bacaan yang ringan. Teks yang digunakan dalam materi “Menyusun Paragraf Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan Memperhatikan Penggunaan Ejaan” dengan metode yang digunakan ,yakni metode Index Card Match.Dalam metode Index Card Match dan media PASUGRAF (Papan Susun Paragraf), PASUGRAF ini adalah sebuah permainan untuk menyusun potongan kartu paragraf sehingga menjadi susunan paragraf yang utuh sesuai dengan teks bacaan. Berikut langkah-langkah penerapan Metode Index Card Match dalam menyusun  paragraf deskripsi:
1.      Guru menerangkan terlebih dahulu materi tentang paragraf narasi dan cara mengerjakan index card match tentang bacaan yang berjudul “Menanam Padi”Dibawah ini bacaannya:
Menanam Padi

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNk6STvwccBTGSJG2l0zWB_vELVvuDhPNMXqRrVUvZsEPID-0In_aWVqIW4cr678SeYu1hv3ldFdmBWtJFG08Z9IwTdRcrSXrp3ux5eRNOBYzSJfzB1SkMdW21TMzID-2LqIOmHbntF_L2/s1600/Keluarga+Pak+Wiryo+-+Menanam+Padi.JPG

Keluarga Pak Wiryo adalah keluarga yang rukun. Mereka saling membantu dalam bekerja. Hari ini keluarga Pak Wiryo pergi ke sawah. Mereka akan menanam padi. Pak Wiryo dibantu Bu Wiryo dan kedua anaknya, yaitu Lina dan Teguh.
Pak Wiryo dan Bu Wiryo menyiapkan benih yang akan ditanam. Mereka mencabuti benih yang telah disemaikan. Agar akarnya tidak putus mereka mencabuti dengan hati-hati. Benih yang sudah dicabuti dibawa Teguh ke petak sawah yang akan ditanami. Setiap petak mendapat sejumlah tumpukan benih.
Setelah selesai mencabuti benih, Pak Wiryo dan Bu Wiryo menanam benih tersebut. Teguh juga tidak mau ketinggalan. Mereka menanam benih dengan cekatan. Sambil berjalan mundur benih itu ditanamkan. Walaupun cuaca agak panas, mereka tetap bersemangat menanam benih. Sementara itu, Lina menyiapkan minuman dan makanan kecil di gubuk.
Pukul 11.00 semua beristirahat di gubuk. Lina segera melayani bapak, ibu, dan kakaknya. Mereka makan dengan lahap karena mereka terlihat sangat letih. Lina juga ikut makan. Dalam sekejap, hidangan yang disediakan Lina habis. Setelah selesai makan mereka beristirahat sebentar, kemudian kembali melanjutkan pekerjaan masing-masing. Pak Wiryo, Bu Wiryo, dan Teguh kembali menanam benih padi sedangkan Lina membersihkan peralatan makan.
Pukul 13.30 mereka selesai menanam benih. Setelah berkemas dan membersihkan diri, mereka segera pulang. Teguh dan Lina sangat senang bisa membantu pekerjaan orang tuanya. Pak Wiryo dan Bu Wiryo pun bangga terhadap anak-anaknya.

2.      Susunlah potongan Index Card ini berdasarkan urutan yang benar sehingga menjadi paragraf yang utuh dan runtut Sebelumn memulai permainannya siswa disuruh membaca bacaannya yang berjumlah  5 paragraf yang diambil dari Buku Sekolah Elektronik, Departemen Pendidikan Nasional Bahasa Indonesia Kelas 4 SD.
3.      Guru menyuruh siswa agar memahami bacaan tadi ,agar bisa dalam mengerjakannya.
4.      Guru akan membagikan potongan-potongan kartu yang berisi paragraf setiap satu orang mendapatkan potongan index card dari bacaan yang berjudul “Menanam Padi” tadi secara acak.
5.      Kemudian guru meminta siswa untuk berdiskusi menyusun potongan Index Card Match agar menjadi suatu kesatuan paragraf yang utuh.
6.      Setelah itu siswa berdikusi lagi untuk meyakinkan bahwa itu benar-benar cocok sesuai bacaan yang sudah dibaca tadi. Jika sudah siswa disuruh menempel pada PASUGRAF (Papan Susun Paragraf) yang telah disediakan di depan. Apabila kelompok tersebut menyelesaikan sebelum waktunya habis maka akan mendapatkan point .dan kelompok yang paling cepat dan tepat dalam menyusun paragraf dialah pemenagnya.
7.      Setelah semua kelompok selesai ibu guru menunjuk kelompok yang mendapatkan bacaan yang berjudul “Menanam Padi” tadi untuk mempresentasikan hasil kerja diskusi tadi ke depan kelas dan siswa lain dapat menanggapi dan mengomentarinya.
8.      Jika hasil diskusi dalam menyusun potongan kartu Index Card Match yang berjudul “Menanam Padi” dan termasuk dalam paragraf apa bacaan yang berjudul “Menanam Padi” tadi. Jika benar maka diberi poin dan kelompok yang paling cepat dan tepat dalam menyusun paragraf dialah pemenagnya.
9.      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi kurang jelas kemudian guru dapat memberi jawaban dari pertannyaan yang diajukan siswa.
10.  Guru mengevaluasi jalannya pembelajaran. Guru merumuskan simpulan materi berupa pengertian paragraf deduktif, deskripsi, dan induktif beserta ciri-ciri dari masing-masing paragraf yang dibelajarkan hari itu dan merefleksikannya bersama peserta didik, yaitu dengan bertukar pikiran masalah pembelajaran yang sudah berlangsung.
Pembelajaran ini bermanfaat bagi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan efektif. Apabila dalam kelompok diskusi tidak dapat menyelesaikan menyusun paragrafnya maka diberi hukuman untuk ice breaking di depan kelas. Keberhasilan  dalam  pembelajaran  khususnya  membaca  dipengaruhi  oleh guru dan siswa.  Pembelajaran  di  dalam kelas  juga  membutuhkan  metode  dan  teknik  pembelajaran.  Strategi  yang  tepat dapat  mempermudah  guru  dalam  menarik  siswa  untuk  mengikuti  pembelajaran terutama meningkatkan kemampuan dalam membaca. Keterampilan  menyusun paragraf seuai dengan ejaan pada jenjang sekolah  dasar masih banyak yang belum maksimal. Untuk  menyusun paragraf sesuai dengan ejaan dan menemukan jenis paragraf  kita dapat menggunakan  metode Index Card Match. Metode ini dapat meningkatkan  kemampuan membaca siswa dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia.

C.     Variasi Penilaian dalam Materi Menyusun Paragraf Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan Memperhatikan Penggunaan Ejaan.

Pengertian Penilaian
Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester yang diuraikan sebagai berikut.
a.    Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan (input), proses, sampai keluaran (output) pembelajaran. Penilaian otentik bersifat alami, apa adanya, tidak dalam suasana tertekan.
b.    Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan.
c.    Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas dalam kurun waktu tertentu.
d.   Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.
e.    Ulangan harian merupakan proses kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi secara periodik untuk menilai kompetensi peserta didik.
f.     Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran.
g.    Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester.
h.    Penilaian dilakukan secara holistik meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan untuk setiap jenjang pendidikan, baik selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) maupun setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil belajar). Pada jenjang pendidikan dasar, proporsi pembinaan karakter lebih diutamakan dari pada proporsi pembinaan akademik.
Dalam metode Index Card Match ini kita menggunakan penilaian autentik. Penilaian autentik mempunyai karakteristik antara lain memandang penilaian dan pembelajaran adalah merupakan dua hal yang saling berkaitan. Penilaian autentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Berikut contoh-contoh tugas autentik:
a)    Pemecahan masalah matematika
b)   Melaksanakan percobaan
c)    Bercerita
d)   Menulis laporan
e)    Berpidato
f)    Membaca puisi
g)   Membuat peta perjalanan

a.       Pengetahuan (Kognitif)
No.
Nama
Membedakan Jenis Paragraf
Sangat baik
Baik
Cukup
1.




2.




3.




dst




Aspek yang dinilai dalam pencapaian siswa:
No.
Sangat baik
Baik
Cukup
1
 Mampu mengetahui ketiga jenis paragraf  yang berbeda dengan baik.
Mampu mengetahui ketiga jenis paragraf walaupun terkadang salah.
Kurang mampu dan sering salah dalam mengetahui dari ketiga jenis paragraf yang tersedia .
2.
Mampu membedakan ketiga jenis paragraf yang berbeda dengan baik dan benar.
Mampu membedakan ketiga jenis paragraf yang berbeda dengan baik walaupun terkadang salah.

Kurang mampu membedakan ketiga jenis paragraf yang berbeda dengan baik.
3.
Mampu mengetahui ciri-ciri dari ketiga jenis paragraf yang berbeda.
. Mampu mengetahui cirri-ciri dari ketiga jenis paragraf yang berbeda walaupu  terkadang terbalik
Kurang mampu mengetahui ciri-ciri dari ketiga paragraf yang berbeda dan sering salah.
Kriteria penilaian:
a)      Sangat baik     : 86-100
b)      Baik                 : 71-85
c)      Cukup             : 56-70

b.      Keterampilan (Psikomotor)

No.

Nama
Keterampilan
Paragraf
Membaca
Menulis
Menyusun
Sangat baik
Baik
Cukup
1.







2.







3.







Dst








Aspek yang dinilai dalam pencapaian siswa:
Keterampilan Memmbaca Paragraf
No.
Sangat baik
Baik
Cukup
1.
Mampu membaca susunan paragraf dari ketiga jenis paragraf yang berbeda dengan baik dan memperhatikan tanda baca, jeda dan intonasi yang baik.
Mampu membaca susunan paragraf dari ketiga jenis paragraf yang berbeda dengan baik tetapi tidak memperhatikan tanda baca, jeda maupun intonasinya.
Kurang mampu membaca dengan baik dan lancar dalam membaca ketiga jenis paragraf yang berbeda tersebut.

Keterampilan Menulis Paragraf
No.
Sangat baik
Baik
Cukup
1.
Mampu menuliskan susunan kata menjadi sebuah paragraf dari ketiga jenis paragraf yang berbeda dengan baik dengan memperhatikan tandatulisan dengan benar.
Mampu menuliskan susunan kata menjadi sebuah paragraf dari ketiga jenis paragraf yang berbeda dengan baik tetapi tidak memperhatikan tandatulisan dengan benar.
Kurang mampu dalam menulis susunan kata menjadi sebuah paragraf dari ketiga jenis paragraf yang berbeda dan tetapi tidak memperhatikan tandatulisan dengan benar

Keterampilan Menyusun Paragraf
No.
Sangat baik
Baik
Cukup
1.
Mampu menyusun kata menjadi sebuah paragraph dari ketiga jenis paragraf yang berbeda dengan baik.
Mampu menyusun kata dari ketiga jenis paragraf yang berbeda walaupun terkadang penyusunannya terbalik
Kurang mampu dalam menyusun kata menjadi paragraph yang berbeda dan sering salah.


Kriteria Penilaian:
a)      Sangat Baik           : 86-100
b)      Baik                       : 71-85
c)      Cukup                   : 56-70

c.       Keaktifan
No.
Nama
Keaktifan berkelompok
Sangat baik
Baik
Cukup
1.




2.




3.




Dst




Kriteria penilaian:
a)      Sangat baik           : 86-100
b)      Baik                       : 71-85
c)      Kurang baik          : 56-70
Aspek yang dinilai dalam pencapaian siswa:
Keaktifan berbicara siswa
No.
Sangat baik
Baik
Cukup
1.
Mampu berbicara (bertanya, menjawab, menyanggah, mempresentasikan dsb) dalam pembahasan ketiga jenis paragraph yang berbeda.
Mampu berbicara (bertanya, menjawab, menyanggah, mempresentasikan dsb) dalam pembahasan ketiga jenis paragraph yang berbeda walau terkadang masih grogi dan terkadang kurang benar.
Kurang mampu berbicara (bertanya, menjawab, menyanggah, mempresentasikan dsb) dalam pembahasan ketiga jenis paragraph yang berbeda walau terkadang masih grogi dan salah.

Keaktifan siswa menyusun atau merangkai kata menjadi paragraph
No.
Sangat baik
Baik
Cukup
cC
Aktif menyusun kata menjadi paragraf dengan benar dan secepat mungkin.
Aktif menyusun kata menjadi paragraf dengan benar.
Kurang aktif dalam menyusun sebuah paragraf.

Keaktifan siswa membaca paragraph
No.
Sangat baik
Baik
Cukup
1.
Aktif dan cepat mengajukan diri dalam membaca hasil paragraf dan membacakannya dengan baik, lantang, benar, memperhatikan tanda baca dan intonasi yang benar.
Aktif dan cepat mengajukan diri dalam membaca hasil paragraf tetapi membacakannya sedikit kurang baik, kurang lantang, kurang benar, kurang memperhatikan tanda baca dan kurang memperhatikan intonasi yang benar.
Kurang aktif dan kuang cepat mengajukan diri dalam membaca hasil paragraf dan membacakannya kurang baik, kurang lantang, kurang benar, kurang memperhatikan tanda baca dan kurang memperhatikan intonasi yang benar.





DAFTAR PUSTAKA



Soedjito dan Mansur Hasan. 1986. Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung: Remadja    Karya.
Keraf, Gorys. 1988. Diksi dan Gaya bahasa. Jakarta: PT. Gramedia
Akhadiah Sabarti dkk. 1988. Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
DepdikbudAkhadiah, Sabarti dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.      Jakarta: Erlangga.
Nurchasanah & Widodo. 1993. Keterampilan Menulis dan Pengajarannya. Malang: IKIP Malang.
Semi, M.Atar. 1995. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Mugantara.
Sapani, Suardi, dkk. 1997. Teori Pembelajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud.
Alwi, Hasan (ed.). 2001. Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia Paragraf. Jakarta: Departeman Pendidikan Nasional.
Keraf, Gorys. 2001. Komposisi Sebuah pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende Flores: Nusa Indah.
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta:          BPFE-Yogyakarta.
Wiyanto, Asul. 2004. Terampil Menulis ragraf. Jakarta: PT Grasindo
Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:             Angkasa.
Sari, Winda Pramita. 2012. Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa      Melalui Metode Index Card Match pada Mata Pelajaran IPS Kelas 1 (online).
Winarto,Budi.2013. “Pembelajaran Menulis Inovatif Paragraf” Dalam Artikel Umum.
Fajarwati, Ari. 2009. Upaya Peningkatan Keaktifan dan Minat Siswa dalam Pembelajaran Matematika  melalui model Index Card Match (Mencari Pasangan). Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Parjiati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Pendekatan Terpadu dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis”
 Terima Kasih......
Sahabat Suara Mahasiswa....Yang Telah Membaca Blog ini...
S
SA
s




Tidak ada komentar:

Posting Komentar