Halooo...Apa Kabar Pembaca yang Budiman...
Siang Hari Ini Suara Mahasiswa akan membicarakan tentang “Keefektifan Metode Index Card Match dalam Pembelajaran Menyusun Paragraf Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan
Memperhatikan Penggunaan Ejaan”.
Metode Index Card Match itu sendiri adalah...Metode Index Card Match Menurut Marwan, Bona.2011 adalah Metode pemecahan masalah yang digunakan dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Metode pembelajaran Index Card Match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu indeks yang ada di tangan mereka. Proses pembelajaran ini lebih menarik karena siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.Untuk selanjutnya metode ini akan diimplementasikan dalam pembelajaran bahasa indonesia ...Untuk lebih jelasnya lihat dibawah ini...
“Keefektifan Metode Index Card Match dalam Pembelajaran Menyusun Paragraf Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan
Memperhatikan Penggunaan Ejaan”
Hilda Ajeng Mayasofa A510120162
Anik Dhamayanti A510120175
Dhayinta Yuni H A510120198
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
e-mail: anikdhamayanti@gmail.com
Abstrak
Keefektifan metode Index Card Match. Karya Tulis. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Karya Tulis
ini dilatarbelakangi oleh keterampilan menyusun paragraf pada siswa yang masih
rendah atau kurang maksimal masih di bawah rata-rata. Rumusan masalahnya adalah
1) bagaimana
penerapan metode Index Card Match
dalam materi menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan
memperhatikan penggunaan ejaan?, 2) bagaimana pengembangan materi ajar dalam materi
menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan?, dan 3) bagaimana
variasi penilaian pada metode Index Card
Match dalam dalam materi menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia
dengan memperhatikan penggunaan ejaan?. Adapun tujuan dari karya tulis ini adalah 1) mengidentifikasi
penerapan metode Index Card Match
dalam materi
menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan, 2)
mengkaji
pengembangan materi ajar dalam materi menyusun paragraf berdasarkan
bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan, dan 3) memaparkan variasi penilaian pada
metode Index Card Match dalam materi menyusun paragraf berdasarkan
bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan. Dalam
karya tulis ini penulis menggunakan metode Index Card Match dan media PASUGRAF (Papan Susun Paragraf) untuk
pengembangan materi menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan
memperhatikan penggunaan ejaan.
Kata Kunci: Metode Index Card
Match,
Menyusun Paragraf Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan
Memperhatikan Penggunaan Ejaan, Media PASUGRAF (Papan Susun Paragraf).
I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Proses
pembelajaran adalah kegiatan yang bernilai edukatif, nilai edukatif tersebut
mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa,
siswa dengan sumber balajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan
belajar mengandung komponen. Komponen yang saling tergantung satu sama lain
untuk mencapai tujuan . Suatu sIstem belajar mengajar memuat berbagai komponen, antara
lain tujuan, bahan-bahan, siswa, guru, metode, situasi, dan evaluasi. Agar
tujuan itu tercapai semua komponen yang harus di organisasikan sehingga antar
sesama komponen terjadi kerjasama.
Harapan pada setiap guru adalah bagaimana materi
pelajaran yang disampaikan kepada anak didiknya dapat diterima dan dipahami
secara tuntas. Untuk memenuhi harapan tersebut bukanlah sesuatu yang mudah,
karena kita sadar bahwa setiap siswa memiliki karakteristik yang tidak sama
baik dari segi minat, potensi, kecerdasan dan usaha siswa itu sendiri. Dalam
proses belajar mengajar kemampuan berfikir siswa berbeda-beda ada yang lambat
dan ada yang cepat sehingga dalam proses pembelajaran masih dominan siswa yang
pintar. Untuk mencapai harapan dan memecahkan persoalan tersebut, guru dapat
mengembangkan teknik pembelajaran dengan metode Index Card Match (pencocokan kartu indeks). Sehingga pembelajaran
ini dapat membuat siswa menjadi aktif dan menyenangkan serta memberikan
semangat dalam berfikir dan belajar. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran
yang bisa membawa rasa senang kepada siswa sehingga membuat mereka asyik
belajar dengan harapan siswa mampu meningkatkan hasil belajar atau prestasi
siswa.
Dalam proses
belajar mengajar kemampuan belajar dan berfikir siswa berbeda-beda ada yang
lambat dan ada yang cepat sehingga dalam proses pembelajaran masih didominan
oleh siswa yang pintar. Apalagi dalam pembelajaran Bahasa indonesia, tidak
semua siswa lancar membaca dan menulis. Karena pokok materi dan target utama
selain pengolahan materi untuk siswa kelas I adalah bagaimana anak didik bisa
lancar membaca dan menyusun paragraf dengan benar. Untuk mencapai harapan dan
memecahkan persoalan tersebut, guru dapat mengembangkan teknik pembelajaran
dengan menggunakan metode Index Card
Match (Pencocokan Kartu Indeks). Model Index
Card Match merupakan model yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk
mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Dengan demikian, materi baru
pun tetap bisa diajarkan dengan model ini dengan catatan, peserta didik diberi
tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika
masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan. Model Index Card Match tidak
hanya digunakan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia saja,
tetapi dapat digunakan dalam mata pelajaran yang lainnya. Dengan model ini
siswa akan lebih aktif dan semua siswa ikut terlibat dalam pembelajaran.
Sehingga
pembelajaran ini dapat membuat siswa aktif bukan saja aktif secara fisik tetapi
juga aktif psikisnya dan saling berinteraksi antar siswa dengan siswa lainnya,
siswa dengan guru dan sumber belajar sehingga siswa lebih percaya diri. Metode
pembelajaran ini penulis rancang dengan memberikan kartu index pada siswa untuk mencari, menemukan, memutuskan, dan menyusun
paragraf jawaban secara individual
kemudian didiskusikan bersama dengan teman lainnya dalam kelas. Guru sebagai
fasilitator yang bertugas membimbing dan mengarahkan siwa dalam proses belajar
mengajar. Metode pembelajaran ini juga memberikan kebebasan dalam menggunakan
gagasan, jawaban yang tepat. Metode ini juga berfungsi mengubah pola
pembelajaran konvensional yang seluruh rangkaian belajar mengajar berpusat pada
guru tanpa memberikan kesempatan pada siswa sehingga kadang- kadang siswa
terbelenggu oleh aturan dan penggunaan strategi yang monoton dan membosankan
sehingga anak didik menjadi anak yang penakut.
Metode
pembelajaran Indeks Card Match ini
dimungkinkan mampu membuat peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah,
menyenangkan dan dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan tuntutan
kompetensi. Pembelajaran Bahasa Indonesia secara umum diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan
apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Selain itu,
melalui pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan mampu menumbuhkan sikap siswa
untuk menghargai dan membanggakan, serta mencintai Bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara. (Andika dkk, fokus bhs indonesia
2010, 15)
Dari uraian
diatas mendorong penulis untuk melakuakan penelitian tentang adakah dorongan
orang tua dengan pendidikan anak yang diterima dari orang-orang sekitar,
sehingga anak termotivasi untuk belajar lebih rajin dan percaya diri dengan
kemampuan yang dimiliki dirinya sehingga hasil belajarnya meningkat dengan
judul “ Keefektifan Metode Index Card Match
dalam Pembelajaran Menyusun Paragraf
Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan Memperhatikan Penggunaan Ejaan”.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang
permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang dapat diajukan adalah
1.
Bagaimana penerapan metode Index Card Match dalam materi menyusun
paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan?
2. Bagaimana
pengembangan materi ajar dalam materi
menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia
dengan memperhatikan penggunaan ejaan?
3. Bagaimana
variasi penilaian pada metode Index Card
Match dalam dalam materi menyusun paragraf berdasarkan
bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada dasarnya
merupakan rumusan yang akan dicapai dari penelitian tersebut. Dalam hal ini
peneliti ingin menggali secara luas
tentang sebab-sebab atau hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran.
Berdasarkan rumusan masalah di atas
maka tujuan penelitian ini adalah :
1.
Mengidentifikasi penerapan metode Index Card Match dalam materi menyusun paragraf berdasarkan
bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan.
2. Mengkaji
pengembangan materi ajar dalam materi
menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia
dengan memperhatikan penggunaan ejaan.
3. Memaparkan
variasi penilaian pada metode Index Card
Match dalam materi menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan.
D. Manfaat Penelitian
1.
Dengan mengidentifikasi penerapan metode Index Card Match diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan
penggunaan ejaan.
2.
Dengan mengkaji pengembangan
materi ajar diharapkan peserta didik dapat menyusun paragraf dengan baik dan benar.
3. Dengan memaparkan variasi
penilaian dalam materi menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan
memperhatikan penggunaan ejaan diharapkan dapat menginspirasi guru dalam
menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan.
II. KAJIAN PUSTAKA
A.
Landasan Teori
1. Pengertian
Membaca
Pada hakikatnya, aktivitas membaca terdiri dari dua
bagian yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai
proses mengacu pada aktivitas fisik dan mental. Sedangkan membaca sebagai
produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca
(Santosa, 2010:6.3 ).
Proses membaca sangat kompleks dan rumit karena
melibatkan beberapa aktivitas, baik berupa kegiatan fisik maupun kegiatan
mental. Proses membaca terdiri dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah
(a) aspek sensori, yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis, (b)
aspek perseptual, yaitu kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang dilihat
sebagai simbol, (c) aspek skemata, yaitu kemampuan menghubungkan informasi
tertulis dengan struktur pengetahuan yang telah ada, (d) aspek berfikir, yaitu
kemampuan dan evaluasi dari materi yang dipelajari, dan (e) aspek afektif,
yaitu aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh terhadap
kegiatan membaca.
Meskipun membaca merupakan suatu kemampuan yang
sangat dibutuhkan, tetapi ternyata tidak mudah untuk menjelaskan hakikat
membaca A.S. Broto (dalam Abdurrahman, 2003:200) mengemukakan bahwa membaca
bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan
menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan. Dengan
demikian, membaca pada hakikatnya merupakan suatu bentuk komunikasi tulis.
Bond dan Soedarso
(dalam Abdurrahman. 2003:200) mengemukakan bahwa membaca merupakan
aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah, mencakup pengguaan
pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan melalui pengenalan symbol-simbol
bahasa tulis yang merupakan stimulus
untuk membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, guna membangun suatu
pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki. Manusia tidak mungkin
membaca tanpa menggerakkan mata dan menggunakan pikiran.
Smith dan Anderson (dalam
Santosa, 2010:6.5-6.6) mengemukakan bahwa dalam kegiatan membaca terjadi proses
pengolahan informasi yang terdiri atas informasi visual dan informasi nonvisual. Informasi visual,
merupakan informasi yang dapat diperoleh melalui indera penglihatan, sedangkan
informasi nonvisual merupakan informasi yang sudah ada dalam benak pembaca.
Karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda dan dia menggunakan
pengalaman itu untuk menafsirkan informasi visual dalam bacaan, maka isi bacaan
itu akan berubah-ubah sesuai dengan pengalaman penafsirannya.
Membaca menurut Martutik (dalam Afdila, 2012:7)
merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif-tulis. Reseptif artinya
bahwa dalam keterampilan membaca, siswa
dituntut untuk memahami atau menangkap isi suatu teks. Sedangkan bersifat tulis
artinya tuturan yang ditangkap atau ditangkap isinya dalam kegiatan membaca
adalah teks tulis.
Bertolak dari berbagai
definisi membaca yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa, membaca adalah
merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas fisik
yang terkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan.
Aktivitas mental adalah mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu
menggerakkan mata secara lincah, mengingat simbol-simbol bahasa dengan
tepat dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan.
Selain itu juga dapat
diartikan membaca adalah proses
interaksi antara pembaca dengan teks bacaan. Pembaca berusaha memahami isi
bacaan berdasarkan latar belakang
pengetahuan dan kompetensi kebahasaannya. Dalam proses pemahaman bacaan
tersebut, pembaca pada umumnya membuat
ramalan-ramalan berdasarkan sistem semantik, sintaksis, grafologis, dan konteks
situasi yang kemudian diperkuat atau ditolak sesuai dengan isi bacaan yang
diperoleh.
Tujuan setiap pembaca adalah memahami bacaan yang
dibacanya. Dengan demikian, pemahaman merupakan faktor yang amat penting dalam
membaca. Pemahaman terhadap bacaan dapat dipandang sebagai suatu proses yang
bergulir, terus menerus dan berkelanjutan. Membaca pemahaman sebagai proses
mempercayai bahwa upaya memahami bacaan sudah terjadi ketika kita belum membaca
buku apapun. Kemudian, pemahaman itu menapaki tahapan yang berbeda dan terus
berubah saat baris demi baris, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf
dari bacaan yang mulai kita baca (Santosa, 2010:64).
Meskipun tujuan akhir membaca adalah untuk memahami isi bacaan, tujuan semacam itu ternyata belum dapat sepenuhnya
dicapai oleh anak-anak, terutama pada saat awal belajar membaca. Banyak anak
yang dapat membaca lancar suatu bacaan tetapi tidak memahami isi bahan bacaan
tersebut. Ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca bukan hanya terkait dalam
gerak motorik mata tetapi juga tahap perkembangan kognitif.
Tahap perkembangan kesiapan membaca mencakup rentang
waktu dari sejak dilahirkan hingga pelajaran membaca diberikan, umumnya pada
saat masuk kelas satu SD. Kesiapan menunjuk pada taraf perkembangan yang
diperlukan untuk belajar secara efisien. Tahap permulaan umumnya dimulai sejak
anak mulai masuk kelas satu SD, yaitu pada saat berusia sekitar enam tahun.
Pada tahap keterampilan membaca cepat atau membaca lancar umumnya terjadi pada
saat anak duduk di kelas dua atau kelas tiga.
Tahap membaca luas umumnya terjadi pada anak-anak telah duduk di kelas
empat atau lima SD. Pada tahap ini anak-anak gemar dan menikmati sekali
membaca, mereka membaca dengan penuh minat sehingga pelajaran membaca dirasakan
mudah. Tahap yang terakhir yaitu tahap membaca sesungguhnya umumnya terjadi
ketika anak-anak duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan berlanjut hingga
dewasa. Pada tahap ini anak-anak tidak lagi belajar membaca tetapi membaca
untuk belajar.
Dari uraian diatas yang telah dikemukakan dapat
disimpulkan bahwa membaca adalah memahami isi bacaan. Meskipun demikian, untuk
sampai pada kemampuan memahami isi bacaan, ada tahapan-tahapan kemampuan
membaca yang perlu dilalui. Dengan memahami adanya tahapan-tahapan kemampuan
membaca tersebut maka guru diharapkan dapat menyesuaikan tujuan-tujuan
pembelajaran dengan tahapan kemampuan belajar membaca tersebut, khususnya pada
murid kelas IV dalam menemukan kalimat utama pada setiap paragraf.
2. Pengertian
Keterampilan Berbahasa
Dalam berkomunikasi atau berbicara
diperlukan sebuah alat yang disebut bahasa. Hornby (1974) mendefinisikan bahasa
itu sendiri sebagai berikut “ language is a human and non instinctive
method of communicating
ideas, feeling, and desires by means of a
system of sound and sound symbols”. Dari definisi di atas dapat dikatakan
bahwa bahasa memiliki fungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan ide,
perasaan, dan keinginan dalam bentuk bunyi dan simbol bunyi. Dalam penelitian
ini bahasa Inggris menjadi bahasa yang diteliti karena bahasa Inggris merupakan
bahasa internasional dan menjadi bahasa asing yang sering digunakan di
Indonesia. Dalam pemerolehan bahasa kedua atau asing dapat dibagi menjadi dua
proses pemerolehan seperti yang diutarakan oleh Klein (1986:15).
“A
second language can be acquired in a variety of ways, at any age, for different
purposes, and to varying degrees. Accordingly, we may distinguish different
types of second language learning. Traditionally, a fundamental distinction has
been made between tutored (guided) and untutored (spontaneous) language
learning.”
Dari
kutipan di atas Klein berpendapat bahwa dalam proses pemerolehan bahasa kedua
dapat terjadi dalam berbagai cara, usia, dan tujuan apa pun. Secara tradisional
proses pemerolehan bahasa dapat muncul karena dua jenis pembelajaran, baik
diajarkan secara langsung, yaitu adanya keterlibatan pendidik maupun secara
alami atau spontan karena faktor lingkungan.
3. Pengertian
Paragraf
Paragraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah
karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan
barisbaru. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat
dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau
spasi.
Paragraf merupakan satu kesatuan ekspresi yang terdiri
atas seperangkat kalimat utama yang digunakan oleh pengarang sebagai alat untuk
menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada pembaca (Tarigan, 2008:7).
Dalam setiap paragraf yang baik terdapat satu kalimat utama yang berisi ide
pokok dan sejumlah kalimat penjelas yang berisi penjelas atau pikiran penjelas
yang merupakan penjabaran dari ide pokok (Chaer, 2011:70).
Menurut Arifin dan S. Amran Tasai (2006:125) “Paragraf
adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik”. Kalimat
dalam paragraf memperlihatkan kesatuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam
membentuk gagasan atau topik tersebut. Menurut Akhaidah dan kawan-kawan
(1999:144) paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran yang didukung oleh
semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat
utama atau kalimat topik, kalimat penjelas sampai pada kalimat penutup.
Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk
suatu gagasan.
Berdasarkan letak kalimat utama paragraf terdiri dari
3 bagian (Hartono, 2008:23) yaitu sebagai berikut :
a)
Paragraf deduktif adalah paragraf
yang pada awal paragraf terdapat kalimat utama atau umum dan di akhir paragraf
terdapat kalimat-kalimat penjelas atau khusus. Dengan kata lain kalimat utama
terletak pada awal paragraf.
b)
Paragraf induktif adalah paragraf yang pada awal paragraf terdapat
kalimat-kalimat penjelas atau khusus dan di akhir paragraf terdapat kalimat
utama. Dengan kata lain kalimat utama terletak pada akhir paragraf.
c)
Paragraf campuran (deduktif-induktif) adalah paragraf
yang kalimat utamanya terletak di awal paragraf dan ditegaskan kembali di akhir
paragraf.
4. Pengertian
Ejaan
Menurut Chaer (2006:36)
ejaan adalah konvensi grafts, perjanjian di antara anggota masyarakat pemakai
suatu bahasa untuk menuliskan bahasanya, yang berupa pelambangar fonem dengan
huruf, mengatur cara penulisan kata dan penulisan kalimat, beserta dengan
tanda-tanda bacanya. Wirjosoedarmo (1984:61)
berpendapat bahwa ejaan adalah aturan menuliskan bunyi ucapan dalam bahasa
dengan tanda-tanda atau lambang-lambang. Menurut Arifin (2004:170) ejaan adalah
keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar
hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu
bahasa). Selanjutnya secara teknis, ejaan adalah penulisan huruf, penulisan
kata, dan pemakaian tanda baca.
Keraf (1984:47) berpendapat bahwa ejaan adalah
keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-larnbang bunyi-ujaran dan
bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya,
penggabungannya) dalam suatu bahasa. Kridalaksana (2008:54) mengemukakan bahwa
ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis menulis yang
distandarisasikan. yang lazirn mempunyai 3 aspek, yakni aspek fonologis yang
menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad, aspek
morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfcmis, dan aspek
sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.
5. Metode
Index Card Match (Mencari Pasangan Kartu)
3.1
Pengertian index card match (Mencari Pasangan Kartu)
Menurut
Suprijono (2011:120-121) model mencari pasangan kartu menyenangkan digunakan
untuk mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Namun
demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan model ini. Index Card
Match merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan kartu, dimana
kartu tersebut berisi soal dan sekaligus jawabannya. Untuk penggunaannya, kartu
tersebut dibagikan kepada seluruh siswa dan siswa berfikir sejenak apa yang
cocok untuk jawaban pertanyaan yang ada di kartu tersebut dan mencari
jawabannya di kartu yang lainnya.
Metode Index Card Match Menurut Marwan
(2011:15) adalah Metode pemecahan masalah yang digunakan dalam meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa. Metode pembelajaran Index Card Match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab
pertanyaan dengan mencocokkan kartu indeks yang ada di tangan mereka. Proses
pembelajaran ini lebih menarik karena siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Dalam metode
ini siswa harus mengerjakan banyak tugas. Mereka harus menggunakan otak,
mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari.
Belajar juga harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa
bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir
keras.
Index
card match adalah cara menyenangkan lagi aktif
untuk meninjau ulang materi pembelajaran atau materi baru, ia membeolehkan
peserta didik untuk berpasangan dan memainkan kuis dengan kawan sekelas
(Silberman, 2007:240). Keadaan ini menggambarkan bahwa kegiatan proses belajar
mengajar di kelas tidak hanya berupa penyajian informasi saja, siswa datang
duduk dan mendengarkan, tetapi siswa juga ikut berperan aktif dalam
berlangsungnya proses belajar mengajar. Proses pembelajaran semacam ini tidak
harus di dalam kelas, bisa juga di luar kelas agar peserta didik tidak merasa
bosan, sebab penyakit yang banyak diderita peserta didik selama mengikuti
pelajaran adalah kejenuhan.
3.2
Langkah-langkah Index Card Match
Dalam Suprijono (2011:120-121)
langkah-langkah pembelajaran index card match sebagai berikut:
a.
Buatlah
potongan-potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada di dalam kelas.
b.
Bagilah
kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
c.
Pada
separuh bagian, tulis pertanyaan tentang materi yang akan dibelajarkan. Setiap
kertas berisi satu pertanyaan.
d.
Pada
separuh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah
dibuat.
e.
Kocoklah
semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan jawaban.
f.
Setiap
siswa diberi satu kertas. Jelaskan bahwa itu adalah aktivitas yang dilakukan
berpasangan. Separuh siswa akan mendapatkan soal dan separuh yang lain akan
mendapatkan jawaban.
g.
Mintalah
kepada siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan
pasangan, mintalah kepada mereka untuk duduk berdekatan, jelaskan juga agar
mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada orang lain.
h.
Setelah
semua siswa menemukan pasangan dan duduk berdekatan, mintalah kepada setiap
pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh dengan keras
kepada teman-temannya yang lain. Selanjutnya soal tersebut dijawab oleh
pasangannya.
i.
Akhiri
proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.
Sedangkan menurut
Silberman (2007:240-241) langkah-langkah pembelajaran index card match adalah
sebagai berikut:
a.
Pada
kartu index yang terpisah, tulislah pertanyaan tentang apapun yang diajarkan di
kelas. Buatlah kartu pertanyaan dengan jumlah yang sama dengan setengah jumlah
siswa.
b.
Pada
kartu yang terpisah, tulislah jawaban atas masing-masing pertanyaan itu.
c.
Campurlah
dua kumpulan kartu itu dan kocoklah beberapa kali agar benar-benar tercampur.
d.
Berikan
satu kartu untuk satu siswa. Jelaskan bahwa ini merupakan latihan pencocokan.
Sebagian siswa mendapatkan pertanyaan tinjauan dari sebagian siswa mendapatkan
pertanyaan tinjauan dan sebagian lain mendapatkan kartu jawabannya.
e.
Perintahkan
siswa untuk mencari kartu pasangan mereka. Bila sudah terbentuk pasangan,
perintahkan siswa yang berpasangan itu untuk mencari tempat duduk bersama
(katakan pada mereka untuk tidak mengungkapkan kepada pasangan lain apa yang
ada di kartu mereka).
f.
Ketika
semua pasangan permainan telah menempati tempatnya, perintahkan tiap pasangan
untuk memberikan kuis pada siswa lain dengan membacakan kertas, kertas
pertanyaan mereka dan menantang siswa lain untuk memberikan jawabannya.
Tujuan penerapan index
card match ini, untuk melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih
kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok. Dengan index card match ini
siswa akan lebih semangat dan antusias dalam belajarnya dan lebih
cermat dan mudah untuk memahami dan mengingat suatu materi pelajaran. Dalam Index
Card Match, pengajar juga sangat senang bila peserta didik berani
mengungkapkan gagasan dan pandangan mereka, berani mendebat apa yang dijelaskan
pengajar karena mereka melihat dari segi yang lain. Untuk itu, pengajar selalu
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengungkapkan gagasan-gagasan
alternatif mereka, pengajar akan sangat senang dan menghargai peserta didik
yang dapat mengerjakan suatu persoalan dengan cara-cara yang berbeda dengan
cara yang baru saja dijelaskan pengajar.
3.3 Kelebihan dan Kekurangan Index Card Match
Menurut Sari
(2012:17) kelebihan dari Index Card Match yaitu:
a. Menumbuhkan
kegembiraan dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Materi
pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa.
c. Mampu
menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.
d. Mampu
meningkatkan prestasi belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar.
e. Penilaian
dilakukan bersama pengamat dan pemain.
Menurut
Sari (2012:17) kekurangan dari Index Card Match yaitu:
a. Membutuhkan
waktu yang lama bagi siswa untuk menyelesaikan tugas dan prestasi.
b. Guru
harus meluangkan waktu yang lebih lama untuk membuat persiapan.
c. Guru
harus memiliki jiwa demokratis dan ketrampilan yang memadai dalam hal
pengelolaan kelas.
d. Menuntut
sifat tertentu dari siswa atau kecenderungan untuk bekerja sama dalam
menyelesaikan masalah.
e. Suasana
kelas menjadi gaduh sehingga dapat mengganggu kelas lain.
3.4 Variasi Index Card Match
Dalam pembelajaran Index Card Match ada beberapa
variasi yang bisa digunakan yaitu; (1) Kembangkan kartu yang memuat
kalimat-kalimat dengan kata yang hilang yang harus dijodohkan dengan kartu yang
memuat kata yang hilang. Misalnya, presiden adalah…angkatan perang (kepada
komandan), dan (2) Kembangkan kartu yang memuat pertanyaan dengan beberapa
kemungkinan jawaban, misalnya “cara apa untuk mengatasi konflik?” jawaban yang
sesuai. Ketika setiap pasangan menyampaikan kuis kelompok, mintalah mereka
mendapatkan beberapa jawaban dari peserta didik lain (Silberman, 2007:241).
Dengan demikian metode ini membuat
siswa terbiasa aktif mengikuti pembelajaran sehingga aktivitas siswa meningkat.
Metode pembelajaran Index Card Match
dapat melatih pola pikir siswa karena dengan metode ini siswa dilatih kecepatan
berpikirnya dalam mempelajari suatu konsep atau topik melalui pencarian kartu
jawaban atau kartu soal, setiap siswa pasti mendapat pasangan kartu yang cocok
lalu mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh
siswa bersama pasangannya dan siswa lainnya. Dengan mendiskusikan bersama
pasangannya maka siswa akan lebih mengerti dengan konsep materi yang sedang
dipelajari. Karena pembelajaran ini dilakukan dalam suasana yang menyenangkan,
maka diharapkan dapat meningkatkan semangat dan aktivitas siswa dalam belajar
siswa dalam kegiatan belajar.
Berdasarkan
pendapat di atas, metode pembelajaran Index
Card Match merupakan metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerja
sama dan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa atas apa yang dipelajari
dengan cara yang menyenangkan. Siswa saling
bekerja sama dan saling membantu untuk menyelesaikan pertanyaan dan melemparkan
pertanyaan kepada pasangan lain. Kegiatan belajar bersama ini dapat membantu
memacu belajar aktif dan kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama
kelompok kecil yang memungkinkan untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan
materi.
B.
PENELITIAN YANG RELEVAN
Ari Fajarwati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Peningkatan Keaktifan
dan Minat Siswa dalam Pembelajaran Matematika
melalui model Index Card Match (Mencari Pasangan). Membuktikan pembelajaran
matematika pada pokok bahasan keliling
dan luas bangun segi empat menggunakan strategi Index Card Match yang
membuktikan tingkat keaktifan dan minat siswa dalam proses pembelajaran dan bertanya kepada guru dan
kepada temannya, peningkatan dari 1 siswa (2,63%) menjadi 27siswa (71,05%). Berdasarkan
hasil penelitian tindakan di atas dapat disimpulkan bahwa Index Card Match yang termasuk metode
pembelajaran active learning merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam
meningkatkan keaktifan belajar pada siswa. Oleh karena itu, sangat beralasan diadakan penelitian tindakan
mengenai penerapan strategi pembelajaran Index Card Match dalam meningkatkan keaktifan siswa.
Parjiati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Pendekatan Terpadu
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis membahas tentang
pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan terpadu. Pendekatan ini
memadukan empat keterampilan berbahasa meliputi menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis. Dalam satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan. Namun bila
dicermati, penelitian ini mengkaji keterampilan menulis lanjutan pada siswa
kelas IV Sekolah Dasar yang disatukan dengan keterampilan membaca, yaitu
tentang meringkas cerita.
Sri
Lestari (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa Dengan Pendekatan
Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 4 Gunungan Kabupaten Wonogiri. Penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan keterampilan menulis siswa dengan
pendekatan kontekstual. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang
mengambil lokasi dikelas IV SDN 04 Gunungan, Manyaran, Wonogiri. Penelitian ini
dilaksanakan dalam tiga siklus. Rencana Pembelajaran setiap siklus disusun oleh
guru dan peneliti. Setiap tindakan terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan,
tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil refleksi dijadikan dasar untuk
menyusun rencana tindakan.
Penelitian
melakukan bimbingan intensif kepada guru kelas IV tentang penerapan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa
kelas IV yang masih rendah. Penelitian ini dapat dikatakan penelitian tindakan
kelas secara kolaboratif. Yang menjadi subjek penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas IV SDN 04 Gunungan dan guru kelas IV. Data yang dikumpulkan berupa
minat dan keterampilan menulis siswa kelas IV. Teknik pengumpulan data
yangdigunakan adalah angket, pengamatan, wawancara atau diskusi, kajian
dokumen, dan tes. Uji validitas data dalam penelitian ini dengan triangulasi
dan review informan kunci. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan tehnik
analisis kritis dan analisis komparatif. Hasil penelitian dapat disimpulkan
sebagai berikut: Pertama, penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan
minat menulis siswa, hal itu terlihat bahwa setelah dilakukan tindakan siswa
membuat perencanaan sebelum menulis, merevisi setelah menyeleksi tulisan,
menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan dan lebih senang berlatih menulis meskipun
tidak diperintah guru. Kedua, penerapan pendekatan kontekstual dapat
meningkatkan keterampilan menulis siswa dari 64 menjadi 75,41.
Sunyata
(2010) dalam penelitiannya yang berjudul
Peningkatan Keterampilan dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Menulis Paragraf Melalui Permainan Kartu pada
Siswa Kelas III SD Negeri Cemani menyimpulkan bahwa melalui permainan kartu
dapat meningkatkan keterampilan dan hasil belajar siswa dalam menulis dan
menyusun paragraf, hasil siklus I dan II mengalami peningkatan. Pada
siklus I, aspek pemahaman siswa naik 17%, aspek pengurutan naik 15%, aspek
penyusunan naik 16%, dan aspek memperhatikan naik 21%. Pada siklus II terjadi
peningkatan sebanyak 17 siswa (85%) dan nilai rata-rata kelas dari 58,5 menjadi
87,8, meningkat sebesar 29,3.
Uswatun Khasanah (2010) dalam
penelitiannya yang berjudul Pengaruh
Pembelajaran Make A-Match dan Index Card Match terhadap Pemahaman
Siswa Kelas X SMA Institut Indonesia Semarang. Berdasarkan hasil penelitian
data dari tes pemahaman konsep dapat diambil kesimpulan Rata-rata nilai hasil
tes pemahaman konsep pada kelas eksperimen lebih tinggi yaitu 80,15
dibandingkan pada kelas kontrol rata-rata sebesar 45,88. Dari hasil tersebut maka,
pembelajaran aktif menggunakan metode Make A-Match lebih efektif
dibanding dengan pembelajaran aktif menggunakan meode Index Card Match. Berdasarkan
hasil uji hipotesis menggunakan analisis varian 1 jalur didapat nilai Fhitung = 7,18
sedangnkan dengan menggunakan taraf signifikan 5% didapat nilai Ftabel = 7,11. Maka Fhitung > Ftabel,, berarti Ho
ditolak dan Ha diterima artinya ada perbedaan pengaruh model pembelajaran aktif
menggunakan metode Make A-Match terhadap pemahaman siswa dibandingkan
dengan metode Index Card Match.
Erma Widya Gustina (2010) dalam penelitiannya yang Berjudul Peningkatan
Keaktifan Siswa dalam
Pembelajaran Ekonomi Melalui Strategi Pembelajaran Index Card Match (Mencari Pasangan) pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 8 Surakarta
Tahun 2010/2011. Dengan observasi peneliti dapat mengetahui
kegiatan peserta didik dalam mempersiapkan, memperhatikan, presentasi dan
keaktifan dalam bertanya serta berpendapat selama proses pembelajaran berkaitan
dengan penggunaan strategi Index Card Match sebagai upaya peningkatan
keaktifan siswa kelas VIII B SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. Peneiti menggunakan catatan observasi yang berupa cek list,dimana
kisi-kisi tindakan untuk masing masing catatan.
Noveria Anggraeni Fiajim
(2011) dalam penelitiannya mengenai
Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Argumentasi dengan
Menggunakan Strategi Brainstorming
menyimpulkan bahwa pada siklus I keseluruhan aspek isi karangan siswa mencapai
20% tentu saja hasil kemampuan ini masih jauh dari standar keberhasilan menulis
paragraf argumentasi sesuai dengan patokan nilai yang telah ditentukan,
akhirnya diadakan siklus II guna meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis
paragraf argumentasi tentunya dengan melakukan perbaikan-perbaikan, dan
ternyata pada siklus II ini kemampuan siswa dalam menulis paragraf argumentasi
dilihat dari aspek isi meningkat menjadi 80%.
Fa’ik Dwi Wahyukensri (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
Teknik Index Card Match dalam
Peningkatan Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SD. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan
dengan tiga siklus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2012 sampai dengan
bulan Mei 2012. Kegiatan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini
meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal,
guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai acuan bagi
siswa. Pada kegiatan inti, guru menggunakan model pembelajaran kooperatif
teknik Index Card Match untuk membahas materi yang dipelajari. Kegiatan
selanjutnya adalah guru membagi siswa dalam
beberapa kelompok yang disesuaikan dengan jumlah topik yang akan dibahas. Kemudian
siswa berdiskusi untuk membahas topik dengan bantuan LKS dan beberapa media
pembelajaran yang relevan. Hasil diskusi kemudian dipresentasikan di depan
kelas oleh perwakilan kelompok dan ditanggapi oleh kelompok lain yang
dilanjutkan dengan penyusunan laporan akhir yang dikumpulkan. Selama proses pembelajaran
guru memberikan penilaian kepada siswa, baik dalam penguasaan materi, keaktifan
menjawab pertanyaan guru atau saat presentasi. Pada kegiatan akhir, guru
mengadakan evaluasi tentang materi yang telah dipelajari. Penilaian proses oleh
guru dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan prosentase ketuntasan hasil belajar
pada Tabel 2. Semakin baiknya langkah pembelajaran yang digunakan, maka semakin
siswa bersemangat belajar sehingga hasil belajar menjadi meningkat. Pada siklus
I masih kurang baik, terbukti dengan masih rendahnya prosentase ketuntasan pada
penilaian hasil yang dicapai siswa, sehingga masih perlu diperbaiki pada siklus
II. Hasil pelaksanaan pada siklus II terjadi peningkatan cukup baik. Akan
tetapi, peneliti merasa belum puas kemudian melanjutkan penelitian siklus III.
Hasil siklus III sangat memuaskan sehingga peneliti mengakhiri penelitian
tindakan kelas ini.
Ahmad (2012) dalam penelitiannya mengenai Peningkatan
Keterampilan dan Hasil Belajar Menyusun Paragraf Melalui Kartu Kalimat pada
Siswa kelas III Semester I SD Negeri Tawang 02 Tahun Pelajaran 2012/2013
menyimpulkan bahwa keterampilan belajar siswa dari siklus I ke siklus II
terdapat peningkatan: keterampilan menyusun paragraf naik 20%, keterampilan
menjawab pertanyaan naik 20%, keterampilan mencari kata naik 26,7%,
keterampilan menulis paragraf naik 17,8%, dan keterampilan memahami huruf
kapital naik 15,6%. Hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus II
mengalami peningkatan yaitu dari 2 siswa (22%) yang mendapat nilai tuntas
menjadi 7 siswa (67%). Terjadi peningkatan sebanyak 5 siswa (45%) dan nilai
rata-rata kelas dari 68,1 menjadi 70,0 meningkat sebesar 8,2.
Khaerunnasekha
(2013) dalam penelitiannya yang berjudul Keefektifan Model Index Card Match Dalam
Pembelajaran Menulis Teks Berita Pada Siswa Kelas VIII SMP N 3 Subah Kabupaten
Batang menyimpulkan bahwa bahwa menulis teks
berita menggunakan model Index Card Match sangat efektif diterapkan pada
siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Subah Kabupaten Batang. Kenyataan tersebut sangat
beralasan karena menulis teks berita dengan model Index Card Match telah
memberikan hasil yang lebih tinggi daripada pengajaran secara konvensional atau
ceramah. Nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 64,8dan hasil rata-rata kelas
eksperimen 79,1 berdasarkan hasil pegujian hipotesis dapat diketahui bahwa
hasil penghitungan diperoleh harga sebesar 5,2287 ternyata lebih besar dari
taraf signifikan pada 5% sebesar 1,71 sehingga hipotesis diterima.
Persamaan salah satu penelitian di atas dengan
penelitian ini adalah terdapat pada aspek meningkatkan keterampilan siswa dalam pembelajaran dan metode yang
digunakan. Perbedaannya terdapat pada subjek
penelitian, model pembelajaran yang dilakukan pada siswa SD,
SMP, dan SMA serta materi yang di ajarkan pada siswa.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penerapan
Metode Index Card Match dalam Materi
Menyusun Paragraf Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan Memperhatikan
Penggunaan Ejaan
Penerapan
metode Index Card Match dilakukan
dengan cara membuat beberapa potongan paragraf. Tiap paragraf berisi beberapa jenis paragraf. Metode
mengacu pada pengertian tahap-tahap secara prosedural dalam mengolah kegiatan
belajar mengajar bahasa yang dimulai dari merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi. Penerapan metode harus sesuai dengan pendekatan yang dipilih
karena metode merupakan penerapan dari pendekatan. Dengan menggunakan metode Index Card Match dapat mempermudah siswa
dalam menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan ejaan yang
benar.
Tabel 3.1
Langkah-langkah Metode Index Card Match
Langkah
|
Aktivitas Guru
|
Aktivitas Siswa
|
Langkah 1
|
a.
Membagikan
kartu berwarna yang berisi potongan paragraf kepada siswa untuk dibaca.
b.
Menginformasikan
kepada siswa untuk membentuk kelompok sesuai warna kartu.
|
Membaca kartu yang berisi potongan
paragraf.
Membentuk kelompok sesuai warna kartu.
|
Langkah 2
|
a.
Menginformasikan
kepada siswa untuk membaca kembali potongan paragraf yang mereka bawa.
b.
Memberikan
tugas kepada siswa untuk menyusun atau mengurutkan paragraf ke dalam PASUGRAF
(Papan Susun Paragraf)
|
a.
Membaca
ulang potongan paragraf yang ada.
b.
Menyusun
atau mengurutkan paragraf ke dalam PASUGRAF (Papan Susun Paragraf)
|
Langkah 3
|
a.
Memberikan
tugas kepada siswa untuk menulis paragraf yang sudah menjadi kesatuan yang
utuh dalam lembar yang telah disediakan.
|
a.
Menulis
paragraf yang sudah menjadi kesatuan yang utuh dalam lembar yang telah
disediakan.
|
Langkah 4
|
a.
Meminta
siswa membaca kembali paragraf yang sudah ditulis dengan rapi.
b.
Meminta
siswa menggolongkan paragraf yang
telah disusun ke dalam beberapa jenis paragraf (Deskriptif, Deduktif, dan Induktif).
|
a.
Membaca
kembali paragraf yang sudah ditulis dengan rapi.
b.
Menggolongkan
paragraf yang telah disusun ke dalam beberapa jenis paragraf (Deskriptif, Deduktif, dan Induktif).
|
Dari
tabel di atas diperoleh skenario pembelajaran sebagai berikut:
Pada langkah
ke 1 guru
membagikan kartu berwarna yang berisi potongan paragraf kepada siswa
untuk dibaca dan menginformasikan kepada siswa untuk membentuk kelompok sesuai
warna kartu. Kemudian siswa membaca potongan paragraf yang telah diberikan guru
dan membentuk kelompok sesuai warna kartu.
Pada langkah
ke 2 guru menginformasikan kepada siswa untuk membaca kembali potongan paragraf
yang mereka bawa dan memberikan tugas kepada siswa untuk menyusun atau
mengurutkan paragraf ke dalam PASUGRAF (Papan Susun Paragraf). Kemudian siswa
membaca kembali potongan paragraf yang mereka bawa dan menyusun atau
mengurutkan paragraf tersebut ke dalam PASUGRAF (Papan Susun Paragraf).
Pada
langkah ke 3 guru memberikan
tugas kepada siswa untuk menulis paragraf yang sudah menjadi kesatuan yang utuh
dalam lembar yang telah disediakan. Kemudian siswa menulis paragraf yang sudah
menjadi kesatuan yang utuh dalam lembar yang telah disediakan.
Pada langkah ke 4 guru meminta siswa membaca kembali
paragraf yang sudah ditulis dengan rapi dan meminta siswa menggolongkan paragraf yang telah disusun ke
dalam beberapa jenis paragraf (Deskriptif, Dedukti, dan Induktif).
Kemudian siswa membaca kembali paragraf yang sudah ditulis dengan rapi dan
menggolongkan paragraf yang telah disusun ke dalam beberapa jenis paragraf
(Deskriptif , Deduktif dan Induktif)
B.
Pengembangan
Materi Ajar dalam Menyusun Paragraf Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan
Memperhatikan Penggunaan Ejaan.
Dalam
mengembangkan materi ajar,
kami menggunakan bantuan media PASUGRAF (Papan Susun Paragraf). Penggunaan media PASUGRAF (Papan
Susun Paragraf) dilakukan menggunakan
kartu berwarna yang berisi potongan paragraph. Kartu tersebut akan disusun siswa menjadi sebuah
paragraf yang utuh dan runtut sesuai dengan isi teks ceritanya dan bahan cerita
yang akan disusun siswa menjadi paragraf diambil cerita yang sudah familiar di
telinga peserta didik,sehingga akan lebih mudah dipahami dan dimengerti peserta
didik. Media
yang kami gunakan disesuikan untuk siswa
SD yang umumnya
masih menggunakan cerita ataupun bacaan yang ringan. Teks yang digunakan
dalam materi “Menyusun Paragraf Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan
Memperhatikan Penggunaan Ejaan” dengan
metode yang digunakan ,yakni metode Index
Card Match.Dalam metode Index Card
Match dan media PASUGRAF (Papan Susun Paragraf), PASUGRAF ini adalah
sebuah permainan untuk menyusun potongan kartu paragraf sehingga menjadi
susunan paragraf yang utuh sesuai dengan teks bacaan. Berikut langkah-langkah
penerapan Metode Index Card Match dalam
menyusun paragraf deskripsi:
1.
Guru menerangkan
terlebih dahulu materi tentang paragraf narasi dan cara mengerjakan index card
match tentang bacaan yang berjudul “Menanam Padi”Dibawah ini bacaannya:
Menanam
Padi
Keluarga Pak
Wiryo adalah keluarga yang rukun. Mereka saling membantu dalam bekerja. Hari
ini keluarga Pak Wiryo pergi ke sawah. Mereka akan menanam padi. Pak Wiryo
dibantu Bu Wiryo dan kedua anaknya, yaitu Lina dan Teguh.
Pak Wiryo
dan Bu Wiryo menyiapkan benih yang akan ditanam. Mereka mencabuti benih yang
telah disemaikan. Agar akarnya tidak putus mereka mencabuti dengan hati-hati.
Benih yang sudah dicabuti dibawa Teguh ke petak sawah yang akan ditanami.
Setiap petak mendapat sejumlah tumpukan benih.
Setelah
selesai mencabuti benih, Pak Wiryo dan Bu Wiryo menanam benih tersebut. Teguh
juga tidak mau ketinggalan. Mereka menanam benih dengan cekatan. Sambil
berjalan mundur benih itu ditanamkan. Walaupun cuaca agak panas, mereka tetap
bersemangat menanam benih. Sementara itu, Lina menyiapkan minuman dan makanan
kecil di gubuk.
Pukul 11.00
semua beristirahat di gubuk. Lina segera melayani bapak, ibu, dan kakaknya.
Mereka makan dengan lahap karena mereka terlihat sangat letih. Lina juga ikut
makan. Dalam sekejap, hidangan yang disediakan Lina habis. Setelah selesai
makan mereka beristirahat sebentar, kemudian kembali melanjutkan pekerjaan
masing-masing. Pak Wiryo, Bu Wiryo, dan Teguh kembali menanam benih padi
sedangkan Lina membersihkan peralatan makan.
Pukul 13.30
mereka selesai menanam benih. Setelah berkemas dan membersihkan diri, mereka
segera pulang. Teguh dan Lina sangat senang bisa membantu pekerjaan orang
tuanya. Pak Wiryo dan Bu Wiryo pun bangga terhadap anak-anaknya.
2. Susunlah
potongan Index Card ini berdasarkan
urutan yang benar sehingga menjadi paragraf yang utuh dan runtut Sebelumn
memulai permainannya siswa disuruh membaca bacaannya yang berjumlah 5 paragraf yang diambil dari Buku Sekolah
Elektronik, Departemen Pendidikan Nasional Bahasa Indonesia Kelas 4 SD.
3. Guru menyuruh siswa agar memahami bacaan tadi ,agar
bisa dalam mengerjakannya.
4. Guru akan membagikan potongan-potongan kartu yang
berisi paragraf setiap satu orang mendapatkan potongan index card dari bacaan
yang berjudul “Menanam Padi” tadi secara acak.
5. Kemudian guru meminta siswa untuk berdiskusi menyusun potongan Index
Card Match agar menjadi suatu kesatuan paragraf yang utuh.
6. Setelah itu siswa berdikusi lagi untuk meyakinkan
bahwa itu benar-benar cocok sesuai bacaan yang sudah dibaca tadi. Jika sudah siswa disuruh menempel pada PASUGRAF (Papan Susun Paragraf) yang telah disediakan di
depan. Apabila kelompok tersebut menyelesaikan sebelum waktunya habis maka akan
mendapatkan point .dan kelompok yang paling cepat dan tepat dalam menyusun
paragraf dialah pemenagnya.
7. Setelah semua kelompok selesai ibu guru menunjuk
kelompok yang mendapatkan bacaan yang berjudul “Menanam Padi” tadi untuk
mempresentasikan hasil kerja diskusi tadi ke depan kelas dan siswa lain dapat
menanggapi dan mengomentarinya.
8. Jika hasil diskusi dalam menyusun potongan kartu Index Card Match yang berjudul “Menanam
Padi” dan termasuk dalam paragraf apa bacaan yang berjudul “Menanam Padi” tadi. Jika benar maka diberi poin dan kelompok yang paling
cepat dan tepat dalam menyusun paragraf dialah pemenagnya.
9. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi kurang jelas kemudian guru dapat memberi jawaban dari pertannyaan yang diajukan siswa.
10. Guru mengevaluasi jalannya pembelajaran. Guru
merumuskan simpulan materi berupa pengertian paragraf deduktif, deskripsi, dan induktif beserta ciri-ciri dari masing-masing paragraf yang dibelajarkan hari itu dan
merefleksikannya bersama peserta didik, yaitu dengan bertukar pikiran masalah
pembelajaran yang sudah berlangsung.
Pembelajaran ini bermanfaat bagi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan efektif.
Apabila dalam kelompok
diskusi tidak dapat menyelesaikan menyusun paragrafnya maka diberi hukuman
untuk ice breaking di depan kelas. Keberhasilan dalam
pembelajaran khususnya membaca
dipengaruhi oleh guru dan
siswa. Pembelajaran di
dalam kelas juga membutuhkan
metode dan teknik
pembelajaran. Strategi yang
tepat dapat mempermudah guru
dalam menarik siswa
untuk mengikuti pembelajaran terutama meningkatkan kemampuan
dalam membaca. Keterampilan menyusun
paragraf seuai dengan ejaan pada jenjang sekolah dasar masih banyak yang belum maksimal.
Untuk menyusun paragraf sesuai dengan
ejaan dan menemukan jenis paragraf kita
dapat menggunakan metode Index Card Match. Metode ini dapat
meningkatkan kemampuan membaca siswa
dalam mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia.
C.
Variasi Penilaian dalam Materi Menyusun
Paragraf Berdasarkan Bahan yang Tersedia dengan Memperhatikan Penggunaan Ejaan.
Pengertian Penilaian
Penilaian
pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup penilaian autentik, penilaian diri,
penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah
semester, dan ulangan akhir semester yang diuraikan sebagai berikut.
a.
Penilaian
autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai
aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan (input), proses, sampai
keluaran (output)
pembelajaran. Penilaian otentik bersifat alami, apa adanya, tidak dalam suasana
tertekan.
b.
Penilaian
diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara
reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
c.
Penilaian
berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai
keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan
dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas dalam kurun waktu tertentu.
d.
Ulangan
merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta
didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan
dan perbaikan hasil belajar peserta didik.
e.
Ulangan
harian merupakan proses kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi secara periodik untuk menilai kompetensi peserta didik.
f.
Ulangan
tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan
pembelajaran.
g.
Ulangan
akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester.
h.
Penilaian
dilakukan secara holistik meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan
untuk setiap jenjang pendidikan, baik selama pembelajaran berlangsung
(penilaian proses) maupun setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian
hasil belajar). Pada jenjang pendidikan dasar, proporsi pembinaan karakter
lebih diutamakan dari pada proporsi pembinaan akademik.
Dalam metode Index Card Match ini kita menggunakan
penilaian autentik. Penilaian autentik mempunyai
karakteristik antara
lain memandang penilaian dan
pembelajaran adalah merupakan dua hal yang saling berkaitan. Penilaian autentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia
sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh
merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Penilaian otentik tidak
hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan
mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik. Berikut contoh-contoh
tugas autentik:
a)
Pemecahan
masalah matematika
b)
Melaksanakan
percobaan
c)
Bercerita
d)
Menulis
laporan
e)
Berpidato
f)
Membaca
puisi
g)
Membuat
peta perjalanan
a. Pengetahuan
(Kognitif)
No.
|
Nama
|
Membedakan Jenis
Paragraf
|
||
Sangat baik
|
Baik
|
Cukup
|
||
1.
|
||||
2.
|
||||
3.
|
||||
dst
|
Aspek
yang dinilai dalam pencapaian siswa:
No.
|
Sangat baik
|
Baik
|
Cukup
|
1
|
Mampu mengetahui ketiga jenis paragraf yang berbeda dengan baik.
|
Mampu mengetahui
ketiga jenis paragraf walaupun terkadang salah.
|
Kurang mampu dan
sering salah dalam mengetahui dari ketiga jenis paragraf yang tersedia .
|
2.
|
Mampu membedakan
ketiga jenis paragraf yang berbeda dengan baik dan benar.
|
Mampu membedakan
ketiga jenis paragraf yang berbeda dengan baik walaupun terkadang salah.
|
Kurang mampu
membedakan ketiga jenis paragraf yang berbeda dengan baik.
|
3.
|
Mampu mengetahui
ciri-ciri dari ketiga jenis paragraf yang berbeda.
|
. Mampu mengetahui
cirri-ciri dari ketiga jenis paragraf yang berbeda walaupu terkadang terbalik
|
Kurang mampu
mengetahui ciri-ciri dari ketiga paragraf yang berbeda dan sering salah.
|
Kriteria
penilaian:
a) Sangat
baik :
86-100
b) Baik :
71-85
c) Cukup :
56-70
b. Keterampilan
(Psikomotor)
No.
|
Nama
|
Keterampilan
|
Paragraf
|
||||
Membaca
|
Menulis
|
Menyusun
|
Sangat baik
|
Baik
|
Cukup
|
||
1.
|
|||||||
2.
|
|||||||
3.
|
|||||||
Dst
|
Aspek
yang dinilai dalam pencapaian siswa:
Keterampilan Memmbaca
Paragraf
|
|||
No.
|
Sangat baik
|
Baik
|
Cukup
|
1.
|
Mampu membaca susunan
paragraf dari ketiga jenis paragraf yang berbeda dengan baik dan
memperhatikan tanda baca, jeda dan intonasi yang baik.
|
Mampu membaca susunan
paragraf dari ketiga jenis paragraf yang berbeda dengan baik tetapi tidak
memperhatikan tanda baca, jeda maupun intonasinya.
|
Kurang mampu membaca
dengan baik dan lancar dalam membaca ketiga jenis paragraf yang berbeda
tersebut.
|
Keterampilan
Menulis Paragraf
|
|||
No.
|
Sangat
baik
|
Baik
|
Cukup
|
1.
|
Mampu
menuliskan susunan kata menjadi sebuah paragraf dari ketiga jenis paragraf
yang berbeda dengan baik dengan memperhatikan tandatulisan dengan benar.
|
Mampu
menuliskan susunan kata menjadi sebuah paragraf dari ketiga jenis paragraf
yang berbeda dengan baik tetapi tidak memperhatikan tandatulisan dengan
benar.
|
Kurang
mampu dalam menulis susunan kata menjadi sebuah paragraf dari ketiga jenis
paragraf yang berbeda dan tetapi tidak memperhatikan tandatulisan dengan
benar
|
Keterampilan Menyusun
Paragraf
|
|||
No.
|
Sangat baik
|
Baik
|
Cukup
|
1.
|
Mampu menyusun kata
menjadi sebuah paragraph dari ketiga jenis paragraf yang berbeda dengan baik.
|
Mampu menyusun kata
dari ketiga jenis paragraf yang berbeda walaupun terkadang penyusunannya
terbalik
|
Kurang mampu dalam
menyusun kata menjadi paragraph yang berbeda dan sering salah.
|
Kriteria Penilaian:
a) Sangat
Baik :
86-100
b) Baik :
71-85
c) Cukup :
56-70
c. Keaktifan
No.
|
Nama
|
Keaktifan berkelompok
|
||
Sangat baik
|
Baik
|
Cukup
|
||
1.
|
||||
2.
|
||||
3.
|
||||
Dst
|
Kriteria penilaian:
a) Sangat
baik :
86-100
b) Baik :
71-85
c) Kurang
baik :
56-70
Aspek
yang dinilai dalam pencapaian siswa:
Keaktifan berbicara
siswa
|
|||
No.
|
Sangat baik
|
Baik
|
Cukup
|
1.
|
Mampu berbicara
(bertanya, menjawab, menyanggah, mempresentasikan dsb) dalam pembahasan
ketiga jenis paragraph yang berbeda.
|
Mampu berbicara
(bertanya, menjawab, menyanggah, mempresentasikan dsb) dalam pembahasan
ketiga jenis paragraph yang berbeda walau terkadang masih grogi dan terkadang
kurang benar.
|
Kurang mampu
berbicara (bertanya, menjawab, menyanggah, mempresentasikan dsb) dalam
pembahasan ketiga jenis paragraph yang berbeda walau terkadang masih grogi
dan salah.
|
Keaktifan siswa
menyusun atau merangkai kata menjadi paragraph
|
|||
No.
|
Sangat baik
|
Baik
|
Cukup
|
cC
|
Aktif menyusun kata
menjadi paragraf dengan benar dan secepat mungkin.
|
Aktif menyusun kata
menjadi paragraf dengan benar.
|
Kurang aktif dalam
menyusun sebuah paragraf.
|
Keaktifan siswa
membaca paragraph
|
|||
No.
|
Sangat baik
|
Baik
|
Cukup
|
1.
|
Aktif dan cepat
mengajukan diri dalam membaca hasil paragraf dan membacakannya dengan baik,
lantang, benar, memperhatikan tanda baca dan intonasi yang benar.
|
Aktif dan cepat
mengajukan diri dalam membaca hasil paragraf tetapi membacakannya sedikit
kurang baik, kurang lantang, kurang benar, kurang memperhatikan tanda baca
dan kurang memperhatikan intonasi yang benar.
|
Kurang aktif dan
kuang cepat mengajukan diri dalam membaca hasil paragraf dan membacakannya
kurang baik, kurang lantang, kurang benar, kurang memperhatikan tanda baca
dan kurang memperhatikan intonasi yang benar.
|
DAFTAR PUSTAKA
Soedjito
dan Mansur Hasan. 1986. Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung: Remadja Karya.
Keraf,
Gorys. 1988. Diksi dan Gaya bahasa. Jakarta: PT. Gramedia
Akhadiah
Sabarti dkk. 1988. Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.
DepdikbudAkhadiah,
Sabarti dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Nurchasanah
& Widodo. 1993. Keterampilan Menulis dan Pengajarannya.
Malang: IKIP Malang.
Semi,
M.Atar. 1995. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Mugantara.
Sapani,
Suardi, dkk. 1997. Teori Pembelajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud.
Alwi,
Hasan (ed.). 2001. Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia Paragraf. Jakarta: Departeman Pendidikan Nasional.
Keraf,
Gorys. 2001. Komposisi Sebuah pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende
Flores: Nusa Indah.
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam
Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Wiyanto,
Asul. 2004. Terampil Menulis ragraf. Jakarta: PT Grasindo
Rahim, Farida. 2007. Pengajaran
Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Sari, Winda Pramita. 2012. Upaya Meningkatkan
Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Melalui
Metode Index Card Match pada Mata Pelajaran IPS Kelas 1 (online).
Winarto,Budi.2013.
“Pembelajaran Menulis Inovatif Paragraf”
Dalam Artikel Umum.
Fajarwati, Ari. 2009. Upaya Peningkatan Keaktifan dan
Minat Siswa dalam Pembelajaran Matematika
melalui model Index Card Match (Mencari Pasangan). Skripsi (tidak
diterbitkan). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Parjiati (2009) dalam penelitiannya
yang berjudul “Pendekatan Terpadu dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk
Meningkatkan Keterampilan Menulis”
Terima Kasih......
Sahabat Suara Mahasiswa....Yang Telah Membaca Blog ini...
S
SA
s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar